Mendengar kata museum, pada umumnya kita langsung membayangkan benda-benda kuno dan bisu yang di bawahnya diberi penjelasan sekilas mengenai angka tahun yang lebih sering membosankan dan mungkin hanya cocok untuk anak-anak sekolah yang berkunjung dalam rangka memenuhi agenda kewajiban.
Hal ini pula yang sering saya bayangkan sebelum berkunjung ke museum Sonobudoyo ini. Apa lagi  sebenarnya museum ini sudah sering saya lewati puluhan kali bila berkunjung ke Yogya.  Namun akhirnya pandangan saya terhadap museum ini berubah dan karenanya museum ini pun menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang mampir ke sini.
Siang itu, kebetulan kami melewati kawasan Alun-Alun Utara dan kemudian masuk ke halaman Museum yang lumayan luas. Â Tiket masuk museum juga sangat bersahabat di kantong yaitu 3000 Rupiah saja dan sebagai gantinya kita mendapatkan selembar book mark yang cantik bergambar Pratima Wisnu Menunggang Garuda.
Sekilas bentuk bangunan museum memiliki arsitektur rumah tradisional Jawa berbentuk joglo dan memiliki arsitektur yang mirip dengan masjid Kraton Kasepuhan di Cirebon. Â Berdasarkan informasi yang ada, ternyata museum ini dibangun pada tahun 1934 dengan arsitek seorang Belanda, yaitu Th Karsen.
Di halaman museum ada sepasang museum dan juga berbagai arca dari zaman Hindu Buddha. Â Ada Makara, Kepala Kara, patung Wisnu dan Dewi Laksmi dan tentunya Ganesha yang berkepala Gajah. Â Selain itu juga Parwati, Kalamakara dan juga Dwarapala.Â
Memasuki museum, kami tiba di pendopo di mana terdapat seperangkat gamelan. Seorang petugas menyambut dengan ramah dan kemudian menjelaskan kalau gamelan ini adalah  Gamelan Slendro-Pelog yang bernama Kyai-Nyai Riris Manis Yasan. Gamelan ini merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VI.  Petugas tadi juga menjelaskan  sekilas mengenai fasilitas yang ada di museum termasuk bioskop dan pertunjukan kesenian yang diadakan setiap malam kecuali hari Senin ketika museum tutup.  Kami dipersilahkan untuk masuk dan menikmati isi dan benda-benda yang dipamerkan.
Ternyata Museum yang ada di Alun-Alun Utara ini adalah museum Sonobudoyo Unit I karena museum ini masih mempunyai Unit II yang ada di Wijilan.  Memiliki luas sekitar 7.800 m2, museum terdiri dari berbagai  ruangan misalnya  Ruang Pengenalan, Ruang Prasejarah, Ruang Klasik dan Islam, Ruang Batik, Ruang Wayang, Ruang Wayang Golek, Ruang Topeng, Ruang Senjata, Ruang Jawa, Ruang Bali, dan Ruang Dolanan Anak. Â
Di ruang Klasik dan Islam kita bisa sejenak belajar dan melihat kembali lintasan sejarah Islam dan perkembangannya di Yogya. Di sini dipamerkan beberapa benda seperti sajadah dari abad ke 14-15 yang berbentuk anyaman bambu, juga ada Al-Quran yang ditulis tangan dan bahkan ada yang dilengkapi ilustrasi. Â
Juga ada model atau maket masjid tradisional Jawa yang berbentuk joglo, batik berisi kidung, serta kaligrafi berbentuk perahu yang berisi ayat-ayat Al-Quran. Â Selain itu juga ada beberapa keramik yang berasal dari Tanah Arab.
Bahkan di ruang wayang, bukan hanya dipamerkan benda-benda berbentuk wayang, tetapi juga diputarkan fragmen kisah wayang secara audio visual yang menarik.
Ruang Topeng juga berisi berbagai benda yang menarik seperti Topeng Wajah Biru dan Wajah Cokelat yang unik. Â Konon Museum ini juga pernah punya koleksi topeng emas Nayan yang berasal dari jaman Majapahit. Sayangnya koleksi ini hilang pada tahun 2010 lalu bersama berbagai koleksi museum yang lain.
Di Ruang Bali kita dapat melihat berbagai koleksi yang berhubungan dengan seni, adat dan Budaya Bali. Di sini juga dipamerkan benda-benda yang berhubungan dengan penyebaran Agama Hindu di Bali.  Kehadiran Ruang Bali di Museum yang bertemakan Seni dan Budaya Jawa ini menunjukkan hubungan yang erat antara Jawa dan Bali baik menurut sejarah dan juga  budaya. Â
Kembali ke luar museum, kami berjalan menyusuri Jalan Pangurakan yang sempat  bernama Jalan Trikora. Di sini terdapat Bioskop Museum Sonobudoyo yang tadi dijelaskan oleh petugas di Museum.  Di kursi kayu di depan bioskop ini juga  ada patung Gundala dan beberapa figur komik yang ikut meramaikan suasana di Yogya.
Di sini juga ada berbagai informasi mengenai pertunjukan budaya yang diadakan setiap malam yaitu Wayang Kulit, berbagai kesenian rakyat seperti Jathilan, Tayub, dan Reog serta Pagelaran Wayang Topeng Panji.Â
Berkunjung ke museum ternyata bisa menjadi alternatif hiburan dan sekaligus wisata edukasi yang menarik. Dan Museum Sonobudoyo tentu saja wajib dikunjungi bila Anda mampir ke Yogya. Jangan hanya jalan-jalan ke Malioboro.
Foto-foto: Dokumentasi Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H