Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Es Tumpeng, Kuliner Jawa dan Cina Benteng di Pasar Lama

1 September 2022   10:27 Diperbarui: 1 September 2022   10:33 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang menjelang sore ketika saya tiba di stasiun Tangerang setelah hampir dua jam naik KRL dari Bekasi dengan transit di stasiun Duri.  Wah kangen sekali berkunjung ke kota ini setelah beberapa tahun tidak mampir, terutama karena pandemi Covid.

Tujuan saya memang hanya ingin jalan-jalan ke sekitar kota Tangerang dan melihat-lihat tempat yang dulu pernah didatangi atau mungkin dulu belum sempat dilihat.  Tentu saja dengan berjalan kaki.  
Keluar stasiun saya belok kiri menyusuri pertokoan di Jalan Ki Asnawi. 

Waktu menunjukkan sekitar  pukul 3.45 sore.  Tidak banyak orang yang berjalan kaki di sini karena penumpang kereta kebanyakan melanjutkan perjalanan naik angkot atau ojek.   

Deretan toko menyambut, salah seorang penjaga toko menyapa dengan menanyakan barang apa yang saya cari.  "cari apa beh?" Tanya nya.   Saya hanya menjawab dengan tersenyum di balik masker sambil menggelengkan kepala dan melanjutkan perjalanan.  

Sampai di persimpangan dengan Jalan Kisamaun, saya bertemu dengan Masjid Agung Al Ittihad. Saya kemudian belok kiri dan melanjutkan perjalanan ke Pasar Lama.

Pasar Lama: dokpri
Pasar Lama: dokpri

Deretan gerobak berbagai jenis makanan menyambut kedatangan saya di pintu gerbang Pasar Lama.  Ada sebuah panggung atau pos beratap melengkung mirip tenda dengan tulisan Kawasan  Wisata Pasar Lama.  

Image caption
Image caption

Sore itu suasana agak sepi ketika saya memasuki jalan atau lebih tepatnya Gang Cilame. Ada petunjuk arah ke Benteng Heritage Museum.  Kalau pagi gang ini sangat ramai dengan lapak yang menjual apa saja, saat ini kebanyakan lapak sudah tutup kecuali masih ada beberapa penjual yang sedang siap-siap menutup lapak.

Saya berjalan terus hingga sampai ke Benteng Heritage Museum. Saya ingat sudah beberapa kali mampir ke sini. Tentu saja kalau ingin masuk mesti datang agak pagi  atau siang.  Museum berbentuk rumah dengan arsitektur Tiongkok berlantai dua ini tampak sepi, hanya ada bendera merah putih yang sore itu tidak berkibar karena memang tidak ada angin.

vihara Padumuttara: dokpri
vihara Padumuttara: dokpri

Tidak jauh dari museum ini, ada Vihara Padumuttara yang dihiasi dengan ornamen khas berbentuk stupa dan juga lingkaran roda mandala di puncaknya .  Ada jadwal kebaktian di tempel di dinding sebelah kanan sementra di sebelah kiri ada tulisan Sekretariat Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio.

kelenteng Boen Tek Bio: dokpri
kelenteng Boen Tek Bio: dokpri

Kemudian saya melanjutkan perjalanan dna belok kanan ke jalan Bhakti, sebuah kelenteng tua Boen Tek Bio menyambut. Siang itu kelenteng juga dalam keadaan tidak ramai. Hanya ada beberapa orang petugas di halaman.  

Tepat di depan kelenteng, secara tidak sengaja saya bertemu dengan kedai atau warung Es Buntin.   Karena sudah lumayan lama berjalan kaki sejak dari stasiun, saya kemudian mampir.  

Kebetulan ada 3 orang pelanggan yang sedang menikmati es.  Saya langsung duduk dan kemudian bertanya es apa saja yang ada kepada perempuan yang rambutnya putih semua. Kemungkinan sudah berusia lebih 60 tahun.

es Bun Tin: dokpri
es Bun Tin: dokpri

"Ada Es campur, es teler dan es Jelly," demikian kata perempuan itu dan akhirnya saya memilih es teler.  Setelah duduk baru saya perhatikan keadaan sekitar.

Ternyata di dinding kaca yang bertuliskan Es Buntin, Sedia Es Campur Juice, Macam-2 Minuman juga ditempelkan berbagai macam minuman yang tersedia. Ada berbagai macam jus dan es.  Sementara di sisi pintu warung digantung menu utama yang dilaminating lengkap dengan harganya.

Selain es teler ada es  durian, teler durian dan es leci.  Ada juga es yang namanya khas yaitu es bumi hangus dan es putsal.

Sambil menunggu es teler saya dibuat saya menanyakan apa itu es putsal yang ternyata singkatan putri salju sementra es buni hangus dinamakan demikian karena warnanya didominasi hitam dan coklat.

Menu merah dan kuning: dokpri
Menu merah dan kuning: dokpri

Di meja saya juga ada menu dari kedai Khoe yang ada di sebelah kiri Es Bun Tin.  Kedai ini menyediakan menu spesial makanan Ciben (Cina Benteng) dan Jawa.  

Ada tahu teriyaki, tempe dan tahu kemul, dan sayur pecel pada satu menu dan nasi tutug, nasi tim, ayam bakar dan soto ayam pada menu lain. Kedua menu ini memiliki latar belakang warna kuning.  

Menu ciben dan Jawa: dokpri
Menu ciben dan Jawa: dokpri

Sementara itu ada lagi dua menu berlatar belakang warna merah: ada nasi campur, nasi bakmoy, Bakut dan soto mie babi pda satu menu dan samcan goreng, siomay, babi asam manis, tahu mapo, sate babi/ayam, dan kwuotie di menu yang lain.  Wah kelihatannya menu warna merah isinya makanan non halal semua.

Es teler: dokpri
Es teler: dokpri

Kemudian es teler saya muncul, bentuknya sangat unik karena sangat tinggi berbentuk kerucut sehingga mirip tumpeng. Warnanya putih karena saya memang memilih susu yang putih walau tadi sempat ditawarkan susu coklat.

Es teler nya dilengkapi alpukat, kelapa muda, nangka.  Dengan perlahan saya menikmati es serutnya pertama kali dari atas dan baru kemudian ke bawah menikmati berbagai jenis buahnya. Rasanya segar dan nikmat manisnya pun sedang.

"Tutup  jam berapa?" Saya sempat iseng bertanya dan dijawab pukul empat sore.  Saya kemudian mengintip arloji yang sudah menunjukkan sekitar pukul 4.30.
Suami perempuan tadi langsung menjawab bahwa kalau masih ada pembeli tentunya mereka fleksibel waktu tutupnya. Kebetulan tiga orang pelanggan yang tadi ada ketika saya datang sudah selesai dan pamit duluan.
Akhirnya saya mendapatkan informasi kalau Buntin adalah nama pemilik kedai ini yaitu Lim Bun Tin dan kedai ini sudah ada sejak tahun 1980 an.  Selalu ramai karena lokasinya dekat kelenteng Boen Tek Bio dan Museum Benteng Heritage.
Selesai menikmati es teler, saya melanjutkan perjalanan di kawasan Pasar Lama dengan janji kapan-kapan akan datang lagi untuk mencoba menu yang lain.

Tangerang, 31 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun