Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tamasya ke Surga Penggemar Lagu Mandarin

29 Agustus 2022   09:39 Diperbarui: 29 Agustus 2022   09:41 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paviliun dengan Hiasan Lampion: Dokpri

Kalau beberapa minggu lalu, saya sempat main ke PIK Pantjoran di siang menjelang senja, maka kunjungan kedua ini dilakukan kala mentari sudah terbenam, setelah mampir ke Pasar Ikan Modern di Muara Baru.

Kebetulan kala malam itu suasana lumayan ramai karena di akhir pekan sehingga tempat parkir lumayan penuh.  Ada sedikit perubahan di tempat parkir yang sekarang sudah memakai mesin otomatis mengambil tiket.  Namun ternyata masih gratis karena ketika kami keluar tidak usah membayar.

Merah Putih: Dokpri
Merah Putih: Dokpri

Di seberang kawasan Pantjoran PIK ada  tugu atau monumen yang malam itu diterangi lampu dengan nuansa merah putih, maklum suasana HUT kemerdekaan masih mendominasi.

Memasuki kawasan dari pintu belakang, Suasana masih sama seperti di waktu siang kecuali pengunjungnya jauh lebih banyak. Kami langsung menuju kawasan di dekat gerbang utama dimana banyak terdapat meja dan kursi untuk duduk sambil menikmati berbagai jenis makanan.

Di pojok kawasan ada sebuah bangunan yang cantik dengan atap khas Tionghoa dan lampu-lampu warna-warni  yang menerangi. Pada dindingnya ada sebuah mural yang juga terang benderang dengan tema  kembang gula.   Berbagai jenis  permen ada di gambar mural yang berjudul tiga huruf Hanzi Tang Guo Dian yang berarti Toko Kembang Gula.

Bangunan dan Mural Kembang Gula: Dokpri
Bangunan dan Mural Kembang Gula: Dokpri

Saya sempat mencicipi Kopi Es Taki, baik kopi hitam maupun kopi susu. Selain itu ada beberapa potong cakue yang dibeli di lorong sebelah luar juga sempat dicoba.  Semuanya lumayan lezat dan enak dinikmati malam itu bersama kerabat dan sanak saudara.

Namun yang menjadikan suasana di PIK Pantjoran ini sangat khas adalah terdengarnya lagu-lagu yang kebanyakan berbahasa Mandarin. Mula-mula saya mengira kalau lagu-lagi itu berasal dari rekaman atau CD yang diputar. 

Baru kemudian ketika lagi selesai ada suara pembawa acara, tepuk tangan dam ucapan terima kasih kepada penyanyi serta nama penyanyi dan judul lagu yang akan dibawakan.

Beberapa lagu dimainkan baik oleh penyanyi lelaki maupun perempuan, Sebagian besar lagu pop mandarin dengan berbagai jenis genre, namun sesekali ada juga lagu berbahasa Inggris.  Rasa penasaran membawa saya menuju ke tempat sumber keramaian. 

Asyik Bernyanyi: Dokpri
Asyik Bernyanyi: Dokpri

Saya melewati jembatan lengkung kecil yang cantik dan kemudian melihat restoran Punggol Nasi Lemak di sebelah kiri dan kemudian di depan saya , sekitar beberapa puluh meter ada sebuah paviliun beratap khas Tionghoa dengan tiang-tiang kayu bulat. Warna merah sangat dominan dan ada hiasan merah putih yang mengelilingi bagian bawah atap paviliun.  Di dalamnya juga ada hiasan pohon Tabebuya yang mirip Sakura dengan daunnya yang cantik berwarna pink. Mungkin pohon asli, mungkin juga pohon kertas.   Di sini dua orang gadis sedang asyik bernyanyi duet diiringi musik organ tunggal yang dimainkan seorang pemuda berbaju merah.   

Sementara penonton atau pendengar duduk di berbagai kursi dan meja yang terbuat dari batu yang kebanyakan berbentuk bundar.  Ada juga yang duduk sambil menikmati makanan atau minuman yang di pesan di gerai makanan di sekitar tempat ini.

Babi panggang: Dokpri
Babi panggang: Dokpri

Kemudian, sambil menikmati lagu sendu yang dinyanyikan seorang lelaku berumur sekitar 50tahunan, saya berjalan mengeliling tempat ini dan melihat-lihat makanan apa saja yang ada.  Wah makanannya memang hampir semuanya bernuansa non halal. Ada Sate Babi Bawah Pohon yang merupakan kuliner khas Bali, Iga Babi Ajung, dan Babi Panggang TGR 99 dan juga Bakmi Ajung Singkawang.

Mural Kungfu: Dokpri
Mural Kungfu: Dokpri

Di sudut lain, di dekat mural bertema pemain Kungfu dan filosofi Wu Wen Dao, ada pengunjung yang tampaknya satu keluarga terdiri dari beberapa lelaki dan perempuan berumur 40 atau 50 an yang juga sedang asyik menikmati makanan sambil mendengarkan lagu-lagu. Di atas meja kayu panjang berjejer minuman bir bintang.  Wah asyik juga menikmati malam di akhir pekan.

Kuil Dewa Kekayaan: Dokpri
Kuil Dewa Kekayaan: Dokpri

Masih di dekat paviliun tempat bernyanyi dan bermain musik sebuah kuil tempat patung dewa keberuntungan yang berwarna kuning emas.  Uniknya ada petunjuk bagaimana melakukan ritual sembahyang. Ada seorang gadis yang melihat parasnya mungkin bukan etnis Tionghoa sedang mempraktikkan cara sembahyang sesuai petunjuk.

Saya kemudian duduk di salah satu kursi bulat dari batu dan sejenak ikut menikmati alunan lagu yang kali ini lumayan hangat bagai music rok yang walaupun berbahasa Mandarin kemungkinan aslinya adalah musik Barat.  Setiap lagu selesai, pembawa acara mengucapkan terima kasih sambil menyebut nama penyanyi dan kemudian menyebutkan nama-nama penyanyi yang akan tampil berikutnya.

Mural Food Court: DOkpri
Mural Food Court: DOkpri

Waktu menunjukkan hampir pukul 9.30 malam, saya kemudian kembali ke tempat duduku di dekat gerbang utama.  Melihat lagi sebuah dinding dengan mural dengan tema  food court atau Chinese Restaurant.   Saya duduk di sini untuk beberapa menit dan kemudian kembali ke kendaraan untuk meninggalkan tempat ini. Dari kejauhan musik dan lagu-lagu masih membahana. Mungkin sampai tempat hiburan ini tiba waktunya untuk tutup.  Tempat ini memang menjadi surga bagi penggemar dan juga yang suka menyanyi lagu-lagu Mandarin.

PIK Pantjoran, Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun