Waktu menunjukkan hampir pukul 5 sore ketika kami tiba di tempat parkir Pantai Indra Yanti. Dengan tidak sabar saya melangkahkan kaki menuju pantai, menggulung celana dan melepas alas kaki lalu bermain air di sepanjang pantai.
Pasirnya yang halus masih menyisakan sedikit rasa hangat, namun suasana pantai yang permai dan lumai ramai membuat hati serasa ringan dan ceria. Â Mentari masih menyisakan semburat sinar lembayung di ufuk barat. Di pantai ini, memang kita bisa menikmati pemandangan ombak pantai selatan yang berdebur halus menerpa hamparan karang-karangnya. Â Banyak bukit karang dan juga batu-batu besar di pantai yang membuatnya cocok untuk main petak umpet.
Saya berjalan di pasir pantai, tampak sebuah pos SAR menjulang setinggi sekitar tiga meter. Sementara di bagian lain banyak deretan tenda atau payung kecil warna warni tempat pengunjung bersantai. Di pantai yang airnya tampak surut, banyak orang bermain, bercengkerama, berfoto atau hanya duduk bersantai. Ada juga anak-anak bermain pasir yang basah terendam air laut. Â Di kejauhan sepasang muda-mudi bergandengan tangan dengan mesra. Ah waktu terasa berhenti dan rasa damai menyeruak ke dalam kalbu.
Waktu terus berjalan. Sinar matahari masih menerangi ufuk namun deretan orang yang bermain di pantai makin memburam karena ada seonggok awan hitam yang menggantung di kaki langit. Sebagian menyisakan siluet yang membentuk bayang-banyang kehitaman di air pantai. Namun, masih banyak yang bersenang-senang dan menikmati keberadaan mereka di sini sambil menanti matahari tenggelam.Â
Waktu baru menunjukkan pukul 5 lewat beberapa menit saja. Â Di bagian sisi lain pantai, sinar mentari lebih benderang, Â air laut lebih dalam sekitar sedengkul orang dewasa, pantai juga lebih bersih dari batu karang. Bahkan ada yang berendam di air laut hingga hampir setinggi dada sambil menyaksikan sisa-sisa ombak pantai selatan yang menerpa dengan halus.
Dengan santai saya terus berjalan menuju daerah yang berbatu batu besar. Di sini, kita bisa bermain dan mendaki batu-batu tersebut dengan sesekali menapak di pasir sambil mendengar deburan ombak di kejauhan. Â Di sisi lain, batu-batu besar ini makin kecil dan kemudian sekan-akan bersatu dengan air di pantai. Kita bisa menapak batu-batu kecil yang langsung ada di atas air. Â Suasana di sini agak sepi dari keramaian Pantai Indrayanti.Â
Begitulah suasana senja di Pantai Indrayanti, sebuah pantai di Kawasan Gunung Kidul atau tepatnya di Desa Tepus, kecamatan Tepus. Â Puas menikmati suasana pantai, kami kemudian mampir ke deretan warung dan restoran yang banyak berderet di dekat pantai. Â Namun yang membuat saya kaget adalah ketika mengetahui bahwa nama Indrayanti sebetulnya bukan nama resmi pantai ini. Nama Indrayanti diambil dari nama sebuah warung yang dikelola oleh suami istri bernama Indra dan Yanti. Sementara nama resmi dari pemerintah adalah Pantai Pulang Syawal. Â Namun masyarakat lebih suka memakai nama Indrayanti yang terasa lebih mudah diingat dan cantik dan sangat serasi. Apalagi bagi yang sedang dimabuk asmara. Tentunya sangat cocok menyandingkan nama kita dengan nama pasangan, seperti di pantai ini. Kalau bagi yang sedang sendiri, tentunya jadi kangen sama kekasih.
Oh yah kalau kita datang lebih siang, biasanya dapat menikmati berbagai fasilitas bermain dan berolahraga seperti snorkeling dan jetski.
Dan memang suasana matahari ketika tenggelam di pantai ini benar-benar indah, apalagi ketika tidak ada awan yang menghalangi. Paduan warna kuning kemerahan dan lembayung senja membuat kita  betah memandang sambil memuji kebesaran sang pencipta.
Tidak lama kemudian, malam pun tiba, sudah tiba pulan waktunya meninggalkan pantai dan kembali ke kota Yogya, kecuali bagi yang ingin menginap di sini.
Foto-foto: Dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H