Di ruangan yang lain juga terdapat diorama atau replika Rumah Sandi yang aslinya terletak di Kulon Progo. Rumah Sandi ini dulu digunakan semasa perjuangan dan kala itu masih menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
Berbagai jenis mesin dan peralatan yang digunakan di dunia kriptografi dipamerkan di museum ini. Kita bisa melihat sambil mempelajari kegunaan dan juga sejarahnya. Di lantai dua gedung juga ada sebuah peta lama kawasan Kota Baru alias Nieuwe Wijk dengan beberapa lokasi penting serta nama-nama jalan yang masih berbahasa Belanda. Jalan Faridan M Noto sendiri masih bernama Kroonsprins Laan alias Lorong Putra Mahkota. Â Di dekatnya ada Jalan Sabirin yang duu bernama Soembing Laan dan juga Jalan I Dewa Nyoman Oka yang dulu bernama Sultans Boulevard.
Di salah satu ruang juga terdapat gambar besar bertuliskan Museum Sandi dengan gambar sketsa gedung ini dan semboyan  Explore the secrets of code and Cryptology di bagian bawahnya .
Demikianlah setelah sekitar 45 menit  mengembara di dunia persandian, saya kemudian meninggalkan museum ini untuk melihat-lihat tempat menarik lain di kota Yogya. Pelajaran yang didapat setelah mampir ke Museum Sandi adalah banyaknya peran yang dimainkan oleh dunia Kriptografi pada masa perjuangan kemerdekaan.
Sayang museum ini sering dilewatkan begitu saja oleh para pengunjung dan wisatawan yang mampir ke Yogya. Terbukti selama hampir satu jam di sini, sama sekali tidak ada pengunjung lain yang datang.
Foto-Foto: Dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H