Selain itu, meja di sini umumnya dilapisi oleh taplak dengan motif batik dengan kombinasi warna coklat dan kuning muda membentuk pola flora yang manis. Â Kami duduk mengeliling sebuah meja bundar yang lumayan besar dan kemudian menu pun dibagikan.Â
Sekilas menu di cafe ini merupakan kombinasi kuliner Belanda , Asia, Barat dan Nusantara. Ada nasi goreng, berbagai jenis soto, mie, dan tentunya steak, spageti dan lain-lain. Â Namun Ira Latief sendiri menyarankan untuk mencoba kuliner khas Belanda yaitu bitter Ballen dan poffertjes. Â Alasannya kalau mau makan nasi goreng, lebih baik di warung lain saja.
Saya sendiri memesan banana cake dan kopi pahit, Pak Sutiono kemudian memesan Bitterbalen dan Kopi Pahit, serta beberapa teman lain memesan poffertjes. Â Lumayan lama menunggu sampai makanan ini disajikan dan kami lebih banyak bercakap-cakap atau hilir mudik menikmati pemandangan atau foto-foto yang ada di cafe ini.
"Jangan lupa mampir ke toilet, sangat unik juga," demikian saran Mbak Muthiah. Â Akhirnya saya juga tidak lupa mampir dan sekedar inspeksi ke dalam toilet. Wah ini adalah toilet pertama yang saya masuki yang dihias dengan ratusan foto baik di wastafel dan juga di dalam toiletnya. Berbagai jenis foto dan bahkan ada yang sedikit erotis ada di dinding. Lumayan untuk sekedar cuci mata dan menikmati suasana yang unik dan mungkin tidak tersedia di tempat lain.
Kopi dan Banana Cake saya kemudian siap disajikan. Dengan santai saya menikmatinya sedikit demi sedikit sambil menunggu kedatangan Pak Tjipta dan istri. Ternyata yang muncul lebih dahulu adalah suami Mbak Gana dan kedua putri cantiknya yang siang tadi pamit lebih dahulu untuk kembali ke hotel Mercure tempat mereka menginap.
Keluarga Mbak Gana duduk di meja lain yang lebih kecil di dekat jendela. Tidak lama kemudian Pak Tjipta dan istri juga tiba dan bergabung di meja Mbak Gana. Â Kami segera menyambut Pak Tjipta dan Bunda Rose yang segera menjabat tangan kami satu persatu dengan hangat sambil menyebut nama masing-masing. Ada yang beliau sudah kenal, ada juga Sebagian yang baru pertama berjumpa.
Kembali ke meja masing-masing, Bitterballen dan Poffertjes juga muncul dan sebenarnya saya sendiri sudah beberapa kali menikmati kuliner khas Belanda ini di tempat lain. Â Saya ditawari untuk ikut mencicip poffertjes dan bitterballen ini.