Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bukan Dalang Biasa, Lebih Jauh Dengan Aldy Sanjaya

19 Agustus 2022   10:01 Diperbarui: 19 Agustus 2022   10:04 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas mampir dan menikmati Jamu kekinian di Acaraki Cafe, kami berjalan lagi di kawasan Kota Tua untuk nonton wayang.

Kami berjalan keluar dari gedung Kerta Niaga dan kemudian belok kiri di Jalan Kali Besar.  Di Antara deretan gedung-gudang tua, terselip sebuah gerai atau toko kecil bernama  Makutharama Puppet Studio, Java Art Souvenir.  Di tembok putih di bawahnya tertulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris Toko Shop Wayang Puppet Studio. 

Wayang Studio: Dokpri
Wayang Studio: Dokpri

Namun kami belum bisa masuk ke studio ini karena Aldy, sang tuan rumah masih menerima tamu.  Akhirnya rombongan Koteka Trip berjalan-jalan sejenak di kawasan Kali Besar dan kemudian duduk di tepian sungai sambil memandang gedung-gedung di seberang. Salah satunya adalah Toko Merah.

Ira Latief secara singkat menceritakan tentang kisah dan  tragedi mengerikan yang pernah terjadi di sana termasuk peristiwa pembunuhan orang Tionghoa pada 1740 yang menyebabkan merahnya Kali Angke dan penamaan Gunung Sahari yang konon disebabkan mayat yang menggunung dalam waktu sehari.

Dua orang pengamen mendekati kami, namun dengan santun ditolak oleh salah satu dari  kamu  karena pada saat ini Koteka Trip tengah menikmati pemandangan di anjungan Kali yang konon dibangun dengan inspirasi dari Korea Selatan.

Pintu masuk studio: Dokpri
Pintu masuk studio: Dokpri

Tidak lama kemudian, kami melihat rombongan turis asing yang keluar dari Puppet Studio dan kini gilirannya tiba untuk masuk.

"Sanggar Wayang, Puppet Studio," demikian tertera pada sebuah papan nama dihiasi sebuah wayang golek yang ada di atas pintu masuk studio.

Di dalam ruangan, Aldy Sanjaya sudah menunggu dan menyambut Koteka Trip dengan ramah.  Dia tidak sendiri melainkan di temani ratusan atau mungkin ribuan wayang yang memenuhi dinding dan seluruh sudut studio yang mungil ini.

Studio ini rupanya digunakan sebagai teater karena ada layar di bagian depan dan deretan kursi lipat yang digunakan untuk penonton. 

whatsapp-image-2022-08-18-at-3-30-32-pm-3-62fef9f13555e43bed4b42b2.jpeg
whatsapp-image-2022-08-18-at-3-30-32-pm-3-62fef9f13555e43bed4b42b2.jpeg
Aldy Sanjaya, kemudian mulai bercerita sekilas mengenai  dirinya dan koleksi wayangnya. 

Dia menunjuk ke dinding yang ada di sekeliling studio mini ini dan ada deretan wayang kulit dan wayang golek.  Bahkan ada deretan wayang kulit yang telah berusia sekitar 100 tahun.

Dikisahkan juga bahwa sebelumnya Aldy pernah mempunyai gerai yang menjual suvenir di Museum Wayang. Aldy juga sering  menjelaskan lebih jauh dan mendalam mengenai karakter dan cerita di balik tokoh -tokoh wayang yang ada.

Wayang Golek: Dokpri
Wayang Golek: Dokpri

Asyiknya, dibahas juga sekilas mengenai proses pembuatan wayang baik wayang kulit maupun wayang golek.  Untuk wayang kulit ditunjukkan selembar kulit sapi  yang menurut Aldy harus dikeringkan selama sekitar satu bulan dan setelah itu dihaluskan.

Setelah siap baru kemudian diberi gambar pola wayang dan kemudian ditatah dengan sangat detail dan rinci.  Harus sangat hati-hati karena bila salah harus diulang dari awal.  Proses terakhir adalah memberi warna pada wayang tersebut.

Konon Aldy sendiri menyukai wayang sejak kecil, selain memang karena dari orang tua juga suka membaca komik Kosasih.  Bahkan dia sudah menjadi dalang sejak usia belasan tahun.

Aldy juga mengambil selembar gunungan dan menjelaskan artinya secara lumayan rinci.  Menurutnya hubungan merupakan simbol dunia dengan lambang-lambang yang ada.

Ada gambar harimau yang bermakna sebagai ambisi, banteng untuk kekuatan dan kerja keras, naga untuk keberuntungan dan burung-burung untuk perdamaian dan keharmonisan.  Selain itu hubungan ini juga dihiasi dengan gambar pohon kehidupan atau kalpataru.  Masih banyak yang dijelaskan lagi mengenai gunungan yang konon dibuat dalam waktu lebih satu minggu tergantung ukurannya.

Wayang. Wayang, Wayang: Dokpri
Wayang. Wayang, Wayang: Dokpri

Kami kemudian membahas mengenai harga berbagai jenis wayang dan waktu yang diperlukan untuk membuatnya.

Salah satu keunikan Sanggar Wayang Aldy ini adalah lebih sering dikunjungi oleh wisatawan asing dan Aldy juga sering diminta untuk mengadakan pertunjukan di berbagai kedutaan besar.

"Salah satunya adalah istri dubes Amerika sewaktu zaman Obama," tambah Aldy lagi.

Pertunjukkan Wayang 5 Menit: Dokpri
Pertunjukkan Wayang 5 Menit: Dokpri

Karena itu tidak mengherankan bila kemudian Aldy memperagakan kepiawaiannya menjadi dalang dalam  bahasa Inggris dengan cerita singkat Ramayana.

Lampu kemudian dimatikan . Gunungan serta karakter Rama dan Shinta dimunculkan sebelum Aldy memulai kisahnya dengan :

"Once upon a time, in the kingdom of Ayodya,"

Sejenak saya terhanyut ke alam pewayangan dengan kisah Rama  dan Shinta serta Rahwana dan Hanoman.  Kisah singkat dalam 5 menit pun berakhir cepat ditandai dengan gunungan, ucapan terima kasih dan lampu yang dinyalakan kembali.  Tepuk tangan kemudian membahana di studio mini Makhuthrama ini.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 5 ketika kami meninggalkan sanggar ini.

"Sebenarnya Studio ini bisanya sudah tutup pukul 4, tetapi Aldy menyediakan waktu khusus untuk Koteka Trip, " tambah Ira Latief.

Sebelum meninggalkan studio ini, saya juga teringat bahwa sempat dibahas bahwa Aldy juga sering menerima pesanan membuat wayang dengan wajah sang pemesan. 

Siapa tahu Anda juga ingin memesan wayang dengan wajah anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun