Di dalam gedung, kita dapat melihat sekilas biografi parah tokoh yang pernah mampir di sini. Salah satu yang menarik adalah tokoh A.M Hanafi yang merupakan tokoh kelahiran Bengkulu yang kemudian diajak BK ke Jakarta . A.M atau Anak Marhaen Hanafi ini sering disebut juga sebagai anak emas Sukarno dan pada akhir kekuasaan Sukarno, beliau ditugaskan menjadi Duta Besar di Kuba. Â Ketika Orde Baru berkuasa A.M Hanafi menjadi eksil dan tidak bisa pulang ke Indonesia. Setelah beberapa tahun di Kuba, akhirnya beliau memutuskan indah ke Perancis dan mendirikan restoran Indonesia, Djawa Bali. Â Kebetulan pada salah satu kunjungan saya ke Paris, saya juga sempat mampir ke restoran ini.
Di salah satu ruangan juga ada poster-poster propaganda zaman Jepang yang memang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Salah satunya adalah slogan Nippon Pemimpin, Pelindung dan Tjahaja Asia. Ada juga dipamerkan buku pelajaran Bahasa Nippon yang memang digalakkan pada masa penjajahan Jepang tersebut.
Di sini, kita juga bisa menyaksikan berbagai diorama mengenai zaman perjuangan seperti pertemuan di Rengasdengklok sebelum proklamasi kemerdekaan dan juga pidato Bung Karno di hadapan ratusan ribu pendukung di Lapangan Ikada. Juga ada sebuah mini diorama suasana upacara penaikan bendera tepat setelah proklamasi kemerdekaan di Pegangsaan Timur 56 pada 17 Agustus 1945.
Sebuah tandu yang pernah dipakai oleh Panglima Sudirman juga ada di sudut ruangan yang lain. Selain itu ada juga baju seragam yang pernah dipakai TRIP, berbagai jenis senjata yang dipakai pada saat itu. Â Berbagai ruangan ada di museum Gedung Joang ini.
Di sebuah etalase kaca juga dipamerkan foto-foto Bung Karno yang disertai dengan kata-kata mutiaranya yang terkenal seperti Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri. Â Juga ada foto Bung Karno berboncengan sepeda dengan Bu Fatmawati dengan tulisan Laki-laki dan perempuan adalah seperti dua sayap dari seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu daripada dua sayap itu maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.
Yang tidak kalah menarik adalah, dipamerkannya beberapa buah kendaraan kepresidenan di bagian belakang gedung ini. Â Sebenarnya ada tiga mobil yang pertama yaitu mobil presiden Sukarno ternyata sedang dipinjam untuk dipamerkan di Sarinah. Yang ada hanya mobil wakil presiden dan juga mobil Bung Karno hadiah dari Raja Arab Saudi yang pernah dipakai ketika Peristiwa Cikini pada Oktober 1957.Â