Salah satu keramaian yang khas Yogya adalah Sekaten yang dirayakan dalam rangka memperingati memperingati  Maulud Nabi Muhammad. Â
Setiap tahun, penduduk dan pengunjung yang kebetulan berada di Yogya sekitar awal bulan Maulud biasanya akan berkunjung ke Alun-Alun Lor atau Alun-Alun Utara untuk ikut merayakan dan merasakan kemeriahan Sekaten.Â
Sayangnya selama Panedemi, sudah beberapa kali perayaan sekaten di alun-alun utara ditiadakan.
Sekaten terakhir yang sempat saya kunjungi karena kebetulan berada di Yogya adalah Sekaten tahun 2016 yang diadakan pada bulan November.Â
Sekaten kala itu sangat meriah dengan banyaknya stand pameran, hiburan, dan juga kuliner yang berpartisipasi. Dan yang sangat khas Yogya, adalah nuansa kesederhanaan dan kerakyatan yang sangat kental.Â
"Pasar Malam Perayaan Sekaten 2016," demikian terpampang pada pintu gerbang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta yang berbentuk gapura yang berhiaskan ornamen bergambar motif wayang.Â
Slogan Jogja Istimewa juga bertebaran di dinding stand ini dan menarik pengunjung untuk berfoto di sana.
Selain itu ada juga stand Kantor Arpusda (Dinas Kearsipan dan Perpustakaan) Â Kota Yogyakarta yang memamerkan pentingnya arsip.Â
Salah satu yang dipamerkan adalah mengenai kebakaran yang pernah terjadi di Yogya termasuk foto-foto mengenai kebakaran Bioskop Regent pada 1999. Sebuah tragedi yang memilukan tampak pada foto-foto yang dipamerkan.
Namun tujuan utama saya berkunjung ke Skaten tentunya untuk mencari hiburan. Dan ternyata sangat banyak di sini.Â
Salah satunya adalah bianglala atau kincir besar yang terus berutar perlahan dan dihiasa lampu warna-warni. Â Selain itu ada banyak juga panggung hiburan baik yang bernuansa tradisional maupun religi.
Kesenian tradisional juga banyak ditampilkan baik di panggung maupun dipajang pada gerai-gerai yang memamerkan sekaligus menjualnya. Salah satu yang  menarik perhatian saya adalah perlengkapan kuda lumping dan pernak-perniknya.Â
Ada juga pedagang keliling yang hanya menjual mainan anak-anak tradisional berupa perahu-perahuan yang dibuat dari bahan kaleng. Mengingatkan saya akan masa kanak-kanak dulu.
Akan tetapi ada satu panggung hiburan yang menjadi favorit pengunjung dan biasanya tidak pernah absen dari pasar malam dan sekaten. Sebuah panggung besar berbentuk silinder raksasa dengan atap berbentuk payung.Â
"Atraksi Maut Tong Stand,"demikian terpampang  pada baleho besar di depan panggung tersebut, lengkap dengan gambar beberapa sepeda motor sedang beraksi.  Suara deru motor dan sorak sorai penonton menggema dari panggung ini.
Setelah membeli tiket, saya kemudian naik tangga dan bergabung dengan ratusan penonton lain mengelilingi bibir sebuah tong atau silinder besar yang di dalamnya terdapat beberapa motor yang sedang beraksi.Â
Mereka berputar-putar di dalam tong dengan kecepatan tinggi sambil melakukan manuver-manuver yang mengundang decak kagum. Beberapa kali tampak hampir bertabrakan.Â
Dan yang membuat kagum pengendaranya pun ternyata bukan hanya kaum lelaki, tetapi juga ada pengendara Wanita. Di bagian bawah silinder juga ada tulisan Atraksi Maut Roda-Roda Gila.
Setelah puas menyaksikan atraksi Tong Stand atau yang sebenarnya disebut Tong Setan, saya berkeliling di area Sekaten ini. Asyiknya cukup banyak kuliner yang dapat kita cicipi. Bahkan ada juga Kerak Telor dari Betawi yang biasanya muncul di Pekan Raya Jakarta.
Malam kian larut, namun masih banyak hiburan di panggung yang sayang dilewatkan termasuk hiburan ketoprak dan lawak yang selain banyak menggunakan bahasa Jawa sebagai pengantarnya. Â
Dan setelah puas menghabiskan malam di Sekaten, saya kembali dengan naik Bentor alias Becak Motor. Â Suasana di sekitar alun-alun masih tetap ramai walau waktu hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam.
Yogya, Nov 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI