Yang diinformasikan adalah bahwa situs makan ini adalah milik Keluarga Patih Danurejo VII yang menjabat di Yogya sejak 1912 -1932. Â Patih adalah jabatan khas yang ada di Yogya sesuai perjanjian dengan Belanda dan menjadi penghubung antara Sultan dan Belanda. Â Patih terakhir adalah Danurejo VIII yang kemudian tidak dilanjutkan lagi dengan kedatangan Jepang.
Untuk ke kompleks makam, ada lebih 30 anak tangga untuk sampai ke sebuah cungkup berbentuk limasan yang didominasi warna hijau. Di dalamnya ada dua bagian. Bagian yang lebih tinggi adalah tempat makam Patih Danurejo VI atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara III dan isterinya GKR Ayu, yang merupakan putri Sultan Hamengku Buwono ke VII.
Berdasarkan info yang saya dapat kemudian, Â Patih Danurejo VI ini ternyata sangat mencintai seni pertunjukkan wayang orang dan beliau sempat menciptakan Langen Mandra Wanara yang diperagakan sembari berjongkok dan dialog nya merupakan tembang. Dengan cara ini beliau bisa membawa pertunjukkan wayang orang keluar dari tembok kraton. Di samping itu , beliau juga menciptakan sejenis gamelan yang disebut gamelan beling karena bilahnya terbuat dari pecahan kaca.
Setelah sekitar 20 menit berada di situs Makam Cendonosari dan melihat gapura, Bale Paleraman dan melihat parit, kami kemudian meninggalkan situs ini dengan satu tanda tanya besar. Makam siapakah yang berada di bahwa bukit di dekat pintu gerbang?
Yogya Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H