Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Panggung Krapyak: Anggota Poros Imajiner Yogya yang Paling Menderita

18 Juli 2022   07:34 Diperbarui: 18 Juli 2022   07:41 3603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interior diintip dari pintu: Dokpri

Terlihat ada dua dinding tembok pemisah ruangan di bagian dalam yang dihubungkan dengan pintu kecil dengan atap yang melengkung dan posisinya membentuk garis lurus dengan jendela. Ruangan terlihat kosong dengan lantai semen tanpa ubin atau keramik, hanya ada sebuah kotak dari kardus di sudut dan sekali lagi, semua dinding dicat warna putih.

Saya kemudian mengintip melalui pintu utama dan pemandangan yang mirip ada di hadapan dengan skala yang lebih besar.  Saya bisa melihat tembus hingga pintu belakang dan juga ada dua dinding dengan atap melengkung dan disanggah dengan dua riang besar.  

Sekilas arsitekturnya mirip dengan bangunan-bangunan tua dari era kerajaan Mataram di Yogya ini.  Ada sebuah kursi, alat-alat tukang dan juga kabel listrik di lantai.

Interior diintip dari pintu: Dokpri
Interior diintip dari pintu: Dokpri

Pemandangan serupa saya dapatkan ketika mengintip dari beberapa jendela lain di sekeliling bangunan.  Saya berjalan mengelilingi bangunan sambil mengagumi bentuknya yang indah. 

Namun sayang sekali lokasinya di tengah persimpangan jalan yang lumayan ramai dan sempit membuat monumen ini seperti paling menderita dibandingkan monumen lain yang ada di sumbu filosofis Yogyakarta. Saya membandungkannya dengan Tugu Pal Putih yang ada di utara yang lokasinya lebih keren dan elit di tengah kota.

Konon Panggung Krapyak ini dulunya digunakan sebagai markas berburu untuk raja-raja Mataram dan dibangun sekitar abad ke 18 pada masa Pangeran Mangkubumi. 

Saya juga teringat akan salah seorang raja yang bergelar  Panembahan Seda Krapyak. Beliau adalah Raja Mataram, Prabu Hanyokrawati, putra Panembahan Senopati yang meninggal ketika berburu di Krapyak pada 1613. 

Rupanya Krapyak kala itu masih berupa hutan yang memang menjadi lokasi berburu para raja dan sultan. Karena itu tidak mengherankan bila masyarakat sekitar juga menyebut bangunan ini dengan nama Kandang Menjangan karena .

Sehubungan dengan sumbu atau poros filosofis yang saya baca di Alun-alun Kidul dan berbagai lokasi lain sebelumnya. Poros Panggung Krapyak  hingga Kraton melambangkan perjalanan manusia dari lahir hingga dewasa. 

Wilayah sekitar panggung melambangkan kehidupan manusia saat masih dalam kandungan, ditandai dengan adanya kampung Mijen di sebelah utara Panggung Krapyak sebagai lambang benih manusia. In

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun