Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengintip Sisi Lain Perubahan di Malioboro

16 Juli 2022   09:19 Diperbarui: 16 Juli 2022   09:21 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Siti Sjirzanah: Dokpri

Malioboro, demikian kita suka menyebut kawasan dan penggalan jalan yang membujur dari sekitar Stasiun Tugu hingga ke Kawasan Titik Nol Kilometer. Walaupun sebenarnya ruas jalan ini merupakan bagian dari Sumbu Filosofis Yogyakarta dan Namanya berubah menjadi Margo Mulyo atau dulu Jalan Ahmad Yani di bagian selatan, orang lebih suka menyebutkan Malioboro. Sama seperti nama-nama hotel di jalan-jalan di sekitar juga menambahkan nama hotel mereka dengan Malioboro.

Walau sudah banyak sekali ke kawasan Malioboro, tempat ini memang tidak pernah membuat kita bosan mengunjungi. Bahkan selalu bikin kangen dan tetap memiliki magnet serta daya tariknya sendiri. Karena itu tidak mengherankan bila di sini selalu ramai baik sore hingga malam hari.

Sore itu, kami memulai perjalanan dengan naik taksi daring dan turun di dekat Pasar Beringharjo, sebuah pasar yang juga selalu menarik untuk dikunjungi. Baik bagi yang mau belanja atau hanya cuci mata.

Warisan Dunia: Dokpri
Warisan Dunia: Dokpri

"Tahukah anda jika Sumbu Filosofi Yogyakarta diajukan sebagai Warisan Dunia ke Unesco?" demikian sebuah backdrop dengan latar belakang warna merah muda menyambut di antar deretan tokok dan kios batik di tengah Pasar Beringharjo. Di sini dijelaskan bahwa sejak Maret 2017, Historical City Centre of Yogyakarta  telah masuk ke dalam daftar sementara (tentativelisy) Unesco.  Kembali dijelaskan juga konsep sumbu filosofi yang merupakan penataan tata ruang kraton Yogyakarta yang merupakan perwujudan daur kehidupan manusia. 

Sementara di sudut lain pasar aa juga tulisan dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Latin: Sugeng Rawuh Wonten Pusat Perbelanjaan Beringharjo.  Dan di dekatnya ada juga larangan untuk menggelandang, mengemis, mengamen, dan mengasong di dalam pasar dan kawasan pasar sesuai dengan perda kota Yogya tahun 2019.

Setelah lelah berkeliling pasar dan membeli beberapa helai pakaian, kami jalan-jalan di kaki lima Jalan Margo Mulyo yang nyaman dan kemudian duduk di kursi-kursi kayu yang selalu ramai dengan pengunjung.  Baru saja duduk, seorang lelaki pengamen datang mendekat dan tanpa permisi menyanyikan sebuah lagu, sehingga selembar uang pun berpindah ke kantong kecil dari kertas yang diasongkan lelaki pengamen tadi.

Setelah pengamen pergi, deretan pedagang asongan yang menawarkan teh manis, minuman dingin, hingga berbagai jenis makanan datang silih berganti.  Wah ramai juga pedagang asongan di kawasan ini. Bahkan lebih ramai dibandingkan dahulu. Demikian sekilas pendapat dalam benak saya.

Tidak lama kemudian seorang perempuan berusia sekitar empat puluh tahunan yang menjajakan gulali warna dadu dan biru muda duduk di tiang lampu di depan kursi kami. Dia kemudian bercerita tentang banyaknya perubahan setelah penataan kawasan kaki lima di sekitar Malioboro ini.

"Menurut aturan, kami dilarang berdagang asongan, namun Namanya cari duit, kami dan kawan-kawan tetap eksis di sini," ujar perempuan tadi membuka pembicaraan. Dia juga kemudian menjelaskan jika sudah hampir dua puluh tahu berjualan di sini dan sekarang harus main kucing-kucingan dengan Satpol PP yang sesekali merazia pegangan kaki lima dan asongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun