Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Masjid Gaya Cina, Makanan India, dan Tarian Kebaya di Malioboro

16 Juli 2022   07:06 Diperbarui: 16 Juli 2022   07:17 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Malioboro Tanpa Kendaraan: Dokpri

Perjalanan di kawasan Malioboro belum selesai.  Kalau sebelumnya saya memulai dari Kawasan Gedung Agung hingga dekat persimpangan kereta api di Stasiun Tugu, kini saya memulai perjalanan sebaliknya yaitu dati utara ke selatan. Mulai Malioboro, Margo Mulyo hingga terus ke selatan ke Alun-alun Utara. 

Jalan Malioboro Tanpa Kendaraan: Dokpri
Jalan Malioboro Tanpa Kendaraan: Dokpri

Tentu saja Sebagian besar sudah dilihat dalam perjalanan ke arah utara, tetapi sekarang kita khususkan tempat dan sudut yang mungkin tadi tidak sengaja terlewatkan. Salah satunya adalah makin banyaknya pejalan kaki yang menikmati suasana malam di jalan raya yang ditutup untuk kendaraan. Bahkan bus Trans Jogja yang sudah terlanjur masuk di Malioboro juga terpaksa mundur dan harus melewati jalan-jalan kecil di sekitar.

Selamat Datang: dokpri
Selamat Datang: dokpri

Di teras Malioboro 2, saya melihat ucapan selamat datang dalam berbagai bahasa, baik Indonesia, Inggris, Arab, Rusia, Korea, Jepang, Jawa,, Perancis dan juga Jerman,  Lalu dijelaskan mengenai produk apa saja yang ditawarkan baik di Teras Malioboro 1 maupun 2 seperti suvenir, kerajinan, oleh-oleh dan lesehan,  Di halaman Teras ini, musik masih dimainkan dengan bersemangat.

Sepeda Sewaan: Dokpri
Sepeda Sewaan: Dokpri

Terus berjalan ke selatan, saya menemukan deretan sepeda warna kuning yang diparkir rapi. Rupanya sepeda yang dapat disewa dengan menggunakan aplikasi seperti yang ada di Jakarta dan Bandung. Tetapi tetap agak sulit menemukan informasi lebih lengkap mengenai sepeda sewaan ini.

Bangunan Gaya Tionghoa: Dokpri
Bangunan Gaya Tionghoa: Dokpri

Deretan bangunan dengan atap khas Cina juga masih dominan di Sebagian gedung. Salah satunya terdapat pada gedung yang sekarang dijadikan Jogja Pasaraya, Starbucks Coffee, dan Polo Ralph Laurent ini. 

Taj Mahal
Taj Mahal

Yang juga unik adalah sebuah toko sepatu dan tas yang juga difungsikan sebagai mini market dan menjual banyak makanan. Di depannya ada gambar Taj Mahal dengan tulisan "The Love Story of Taj Mahal," Ternyata menjadi semacam iklan untuk beberapa makanan India dan Timur Tengah seperti nasi Basmati dan Biryani. 

Sementara itu di depan Gedung BPD DIY, pertunjukan tari juga sudah dimulai. Tampak beberapa pemuda dan pemudi dengan kostum cantik warna kuning oranye, hijau dan hitam sedang menari diiringi musik yang dinamis membuat malam terasa kian hangat.

Memasuki jalan Margo Mulyo, saya kembali bertemu dengan sebuah toko obat CIna, alamatnya di Jl. A, Yani no. 97 dan Namanya Toko Obat Enteng sekaligus juga Toko Eng Nyan Hoo.  Fenomena menarik nama-nama toko dalam dua bahasa ini mungkin mewakili sepenggalan sejarah kebijakan di negeri ini.  Unik nya di toko ini juga dijual minuman dingin dan rokok. Bahkan ada iklan salah satu merek rokok putih terkenal.

Toko Obat Enteng: Dokpri
Toko Obat Enteng: Dokpri

Tepat di seberang Pasar Beringharjo, di antara toko oleh-oleh dan Toko Batik Soenardi, terdapat sebuah masjid yang unik. Namanya Masjid Siti Djirzanah.  Masjid ini tampak unik karena arsitekturnya penuh dengan sentuhan budaya Cina. Dan letaknya lantai utamanya lebih tinggi dari kaki lima di depannya.  Di bagian bawah digunakan untuk tempat wudu. Azan Isya baru saja menggema dari masjid di tengah keramaian kota bagaikan oase di padang pasir. 

Masjid Gaya Tionghoa: Dokpri
Masjid Gaya Tionghoa: Dokpri

Pengembaraan dan pesta Selasa Wage belum selesai. Tepat di depan pasar Beringharjo ini, tiba-tiba muncul rombongan perempuan dengan berpakaian kebaya dan kendaraan yang membawa alat-alat music. Perempuan ini kemudian menari dengan gembira diiringi music dengan nuansa pop yang juga ceria.   Mereka menari di tengah jalan dan setelah selesai satu lagi, mereka bagaikan berbaris berjalan terus ke selatan dan kemudian menari dan bernyanyi lagi di tempat lain hingga bubar di depan Gedung Agung.

Di depan monumen Serangan Umum satu Maret, pagelaran Sengguh sedang mencapai puncaknya. Tarian dan musik bergema dengan riang. Singkatnya sepanjang jalan ini, dari utara hingga selatan bertebaran berbagai lokasi yang membagikan kegembiraan bagi siapa saja yang melihatnya.

whatsapp-image-2022-07-16-at-6-56-40-am-62d2009c6e7f01725014b6a6.jpeg
whatsapp-image-2022-07-16-at-6-56-40-am-62d2009c6e7f01725014b6a6.jpeg
Saya terus berjalan hingga mendekati Alun-alun Utara. Tepat di depan Museum Sonobudoyo ada sebuah tenda kecil di mana ada dua orang lelaki sedang memperagakan cara membuat wayang kulit,  Di tempat ini memang secara teratur dipentaskan Wayang Kulit, Wayang Orang dan juga Topeng Panji.

Hari kian malam, suasana di pusat kota Yogya di Selasa Wage kian ramai. Tua muda baik warga Yogya maupun wisatawan semuanya bergembira pada malam itu.

Yogyakarta, Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun