Di bagian tengah pasar dekat dengan Pulo Cemeti ada ruangan terbuka yang disebut Plaza Ngasem. Sekilas mirip Amfiteater. Â Saya ingat di tempat ini pernah dipentaskan wayang orang di malam hari.
Bahkan dari sini saya bisa menuju ke pintu yang menuju Pulo Cemeti. Setelah menaikkan beberapa anak tangga saya bisa mengintip dari balik pintu pagar yang terkunci. Uniknya tepat di kedua sisi tangga , berdiri rumah-rumah penduduk.
Di bagian lain pasar ada ruang terbuka dan sebuah pohon serta kursi bundar dari batu dikelilingi beberapa kursi . Ada kursi meja yang kosong dan ada juga yang diisi beberapa orang yang sedang asyik ngobrol . Ada deretan motor yang diparkir di dekatnya .
Saya kembali ke warung dan mulai menikmati beberapa potong lumpia, onde , serta tahu dan tempe bacem.. saya sendiri tidak makan nasi siang  itu.
Namun yang  istimewa adalah minuman yang dihidangkan.
"Ini namanya wedang sampah," ibu penjual minuman menjelaskan. Ia juga bercerita dulu tinggal di kampung Taman dan sekarang pindah di kawasan Kadipiro.
Menurutnya wedang  sampah ini adalah minuman yang hanya ada di Pasar Ngasem. Â
Sekilas penampilannya mirip sampah karena ada lima batang Sereh yang ditata membentuk segilima. Â Ditengahnya, dipuncak minuman ada seonggok kolang-kaling berwarna hijau dan dikelilingi oleh beberapa iris jeruk dengan warna kuning keemasan yang menggoda dan juga jeruk nipis berwarna pucat.