Jalan-jalan di senja menjelang malam di kawasan Malioboro dilanjutkan kembali. Melewati jalan Pajeksan, kita sudah masuk ke Jalan Malioboro.  Di sini ada sebuah toko obat Cina yang sudah ada sejak lama.  Namanya Toko Obat  Sumber Husodo. d/h Tek An Tong.  Yang unik adalah  interior toko yang khas toko obat cina. Etalase dan rak dari kayu yang tinggi sampai ke langit-langit dengan banyak laci. Alamatnya Jalan Malioboro no. 1-3 sebagai toko pertama di jalan ini. Konon toko obat ini sudah berusia hampir satu abad.
Sebuah toko dengan nama Gedung Merah cukup menarik perhatian karena yang merah hanya tulisan dan Sebagian garis -garis fasad gedung. Sementara semua gedung di Malioboro memang harus dicat putih. Konon beberapa bulan lalu gedung ini sempat dicat merah oleh penyewanya.
Bukan hanya toko atau resto dan kafe yang ada di kawasan Malioboro ini, ada juga toko yang sekarang menjadi tempat hiburan dan bernama Rumah Hantu Malioboro. Bahkan di dekatnya juga ada yang menawarkan pengalaman berpetualang melalui teknologi Virtual Reality. Â Sementara ada sebuah toko kosong yang fasadnya dihias lukisan mural.
Di seberang jalan tepat di muka Gedung Bappeda DIY, tampak dilakukan persiapan untuk pagelaran tari. Kerumunan orang sudah ramai untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Â Sekilas jalan Malioboro tampak mengasyikkan dan deretan toko yang kalau diperhatikan sebagian masih menyisakan arsitektur Cina dan juga Eropa.Â
Walaupun demikian ada juga yang sama sekali sudah berubah seperti Mal Malioboro. Â Dan di sini juga ada halte bus Trans Yogya yang tampak lebih cantik dibandingkan halte Trans dJogja di kawasan lain yang terkesan seadanya saja. Sebuah gerai Starbuck juga hadir di sini.
Banyak sudah yang dilihat di Malioboro seperti mal, toko, resto dan juga ada masjid. Tetapi yang menarik adalah sebuah telepon umum yang masih tersisa di tiang depan sebuah toko tepat di sebelah apotek Kimia Farma yang beralamat di Jalan Malioboro 123. Â Telepon umum ini tentunya dalam keadaan rusak dengan kabel yang menjuntai ke bawah. Sangat kontras dengan keadaan di sekitarnya. Namun menjadi saksi sisa-sisa kejayaannya sebelum era telepon genggam tiba dan membuat saya merasa kembali ke zaman doeloe, ketika harus antre berlama-lama hanya untuk menelpon.
Sementara di seberang jalan ada lagi hiburan musik di pelataran Teras Malioboro 2 yang tidak kalah ramai dengan hiburan musik di lokasi lain di kawasan ini,  Dan sambil berjalan terus saya melewati Hotel Grand Inna Malioboro yang tetap anggun dan  dulu bernama Hotel Garuda.
Masih banyak gedung yang menarik dan kadang penuh kenangan di Jalan Malioboro ini, misalnya saja Gedung Perpustakaan Daerah yang terletak di no. 175 masih tampak sama seperti dahulu. Â Selain itu, kawasan Malioboro ini juga dibagi alam berbagai zona dalam rangka pengendalian pandemi Covid 19. Â Pada setiap zona ini ada sebuah gerbang yang dijaga oleh replika prajurit kraton Yogya. Â Tentunya sekarang ketika covid sudah mulai mereda, gerbang ini lebih berfungsi sebagai hiasan di kaki lima saja.
Tepat di ujung Jalan Malioboro, sebelum persimpangan dengan Jalan Pasar Kembang juga ada sebuah lagi pagelaran musik di depan gedung BPD DIY. Â Temanya Musik Malam Taman Budaya Yogyakarta..
Dari sini saya balik kanan dan kembali berjalan ke arah selatan sambil menikmati suasana dan melihat sudut menarik di Jalan Malioboro dan Margo Mulya hingga terus ke selatan ke Alun-alun Utara.
Yogya, Selasa Wage, 12 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H