Kebanyakan warga Yogya merayakan Idul Adha pada Sabtu Legi 9 Juli 2022. Â Dan salah satu tempat penyelenggaraan salat Ied di kawasan Kemantren Kraton Yogyakarta adalah di Alun-alun Kidul.Â
Sebagaimana telah banyak diinformasikan melalui spanduk dan baliho beberapa hari sebelumnya, salat Ied rencananya akan diadakan mulai pukul 6.30 pagi. Karena itu saya sendiri sudah siap sekitar pukul 6.15 pagi menuju ke alun-alun. Â Suasana sudah mulai ramai walau baru ada beberapa saf saja. Â Jalan-jalan menuju Alun-alun suda ditutup untuk kendaraan kecuali menuju ke kantong parkir termasuk Jalan Ngadisuryan.
Cuaca yang cerah dan Mentari yang bersinar lembut membuat hati terasa nyaman dan gembira berada di lapangan yang luas dengan dua buah beringin besar di tengah-tengah ini. Â Podium untuk imam sudah disiapkan sejak semalam di arah barat tepat di pintu masuk dari arah Ngadisuryan. Â Sebuah mobil VW yang anti ada di sini, mungkin milik panitia.
Sedikit demi sedikit warga mulai berdatangan dan sekitar pukul 6.30 pagi panitia mulai mengatur agar saf di depan terisi terlebih dahulu serta saf perempuan juga jangan hanya mengisi sisi utara dan selatan. Â Anak-anak berseragam pramuka mulai berkeliling dari saf ke saf untuk mengumpulkan sodaqoh.
Selain itu panitia juga membacakan berbagai pengumuman termasuk julah hewan kurban yang dikumpulkan dari berbagai masjid, musala dan langgar di kawasan ini. Secara total ada 121 lembu dan 173 kambing. Â Laporan keuangan panitia hari besar Islam juga dibacakan sambil menunggu tibanya watu salat dan warga yang terus berdatangan.
Selain panitia dan mungkin juga wartawan yang sibuk mengambil gambar sambil menunggu solat, banyak juga jemaah dan sambil duduk mengambil foto atau berselfie ria.
Diumumkan juga bahwa bagi yang mengalami gangguan kesehatan bisa menghubungi petugas di sudut barat utara di mana tersedia petugas Kesehatan dan sebuah ambulans. Â Lantunan takbir terus bergema dan warga terus berdatangan memenuhi lapangan hingga sekitar pukul 6.50 pagi.
Akhirnya salat Ied dimulai dengan Imam dan Khotib Ustaz Haji Aly Aulia Lc. M.Hum, Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dan juga Sekretaris Divisi Qurn Hadis Majelis Tarjih dan Tajdis PP Muhammadiyah. Â Imam tampak gagah dengan setelan jas hitam dan sarung serta kopiah hitam. Â Tampaknya usianya muda, mungkin sekitar 40 tahunan.
Salat Ied dua rakaat dilanjutkan dengan khotbah yang mengambil tema "Semangat qurban, keteladanan dan ikhtiar menuju kemenangan,". Â Walau sudah diumumkan agar warga jangan meninggalkan tempat sebelum khotbah selesai, namun ternyata Sebagian kecil warga langsung bangkit dan meninggalkan lapangan, mungkin ada keperluan yang mendesak.
Sekitar 30 menit kemudian, khotbah pun selesai. Warga segera bangkit dan meninggalkan lapangan. Namun diumumkan juga jika naskah khotbah akan dibagikan oleh panitia. Saya kebetulan masih mendapatkan naskah yang juga berisi lampiran laporan keuangan ini.
Sebagaimana biasa, orang yang berjualan dan kumpulan pengemis juga meramaikan jedua sisi Jalan Ngadisuryan. Sementara di pojok jala ada sebuah papan informasi mengenai Kota Yogya dan Alun-Alun Kidul. Â Judulnya adalah "Sangkan Paraning Dumadi,"Â yang diberi keterangan sebagai filosofi tentang siklus kehidupan manusia.
Di sini digambarkan sketsa tempat-tempat penting di pusat kota Yogya dari Tugu Pal Putih di utara hingga Jalan Marga Utana, Jalan Maliabara, Jalan Margamulia Alun-Alun Utara, dan kemudian berakhir di Alun-Alun Selatan dan Panggung Krapyak.
Dijelaskan juga makna tempat-tempat tersebut antara lain Jalan Marga Utama merupakan tempat atau jalan untuk mencapai keutamaan sementara Jalan Maliabara adalah "Pathway to attain enlightened Life" atau jalan untuk mencapai pencerahan dalam hidup. Â Sementara kalau diterjemahkan secara kata per kata Maliabara berasal dari kata Malia yang berarti Jadilah Wali dan Bara yang berarti mengembara, sehingga Maliabara bermakna Jadilah Wali yang mengembara.
Lalu apakah makna Jalan Marga Mulia? Ternyata Marga Mulia berarti pathway to attain dignity atau jalan untuk mencapai kemuliaan. Â Nah untuk Alun-Alun Utara sendiri disebutkan sebagai tempat yang melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, mungkin karena di sisi barat alun-alun ini terdapat Masjid Agung. Â Sementara Alun-alun Kidul melambangkan keberanian manusia untuk memasuki gerbang perkawinan dan memulai hidup baru.
"Menuju Yogyakarta Warisan Dunia," demikian tertera pada pojok kanan bawah yang sekaligus mengisyaratkan keinginan pemerintah dan warga kota Yogya agar kota ini dapat diakui dan dicatat sebagai Warisan Dunia dari UNESCO.
Saya kemudian meninggalkan Alun-alun Kidul dengan sedikit lebih banyak pengetahuan akan makna filsafat kehidupan yang disingkat dalam kata-kata Sangkan Paraning Dumadi.
Yogyakarta, Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H