Puas berada di tepi pantai dan karena merasa sering diawasi, saya kemudian memutuskan kembali ke tempat parkir. Walau jalan sedikit menanjak, akhirnya saya tiba kembali di warung.
"Boleh numpang untuk cas hape," tanya saya sambil mengeluarkan kabel.
"Maaf Pak, di sini belum ada listrik dan genset hanya dihidupkan di malam hari," Â Jawaban ibu tersebut membuat saya kaget sejenak. Baru kemudian saya juga sadar bahwa bukan hanya listrik, di kawasan Kesirat ini juga tidak tersedia sinyal.
Kian sore, makin banyak pengunjung yang datang dengan tujuan melihat sunset dan juga berkemah. Ada rombongan pemuda sekitar beberapa belas orang yang juga ingin berkemah. Mereka membawa banyak peralatan dan datang menggunakan sepeda motor. Ada juga dua mobil yang datang lagi.
Ketika kami akan pulang, ibu penjaga warung dan seorang bapak tukang parkir juga berbicara tentang jalan akses yang sempit menuju ke jalan raya. Dia juga memberi tips bahwa kendaraan yang turun harus memberi jalan buat kendaraan yang naik dan diharapkan mematikan AC terutama saat mendaki.
Kendaraan bergerak perlahan, membunyikan klason sebelum setiap persimpangan dan memastikan bahwa tidak ada kendaraan yang akan berpapasan sebelum emlaui bagian jalan yang sempit dan tidak ada ruang untuk menepi.
Sepanjang perjalanan, kendaraan kami hanya berpas-pasan dengan satu mobil. Hanya sekali di persimpangan yang cukup tajam kami bertemu dengan sebuah truk kecil. Untungnya ada beberapa orang lelaki yang memberikan peringatan sebelumnya dan di situ ada ruangan tanah yang cukup lebar untuk mobil menepi dan memberi jalan buat truk itu.
Jalan-jalan ke Pantai Kesirat memang mengasyikkan, walau jalannya ngeri-ngeri sedap, suasananya juga seram-seram nikmat serta belum ada listrik dan sinyal di sana.
Yogyakarta, Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H