Ketika baru datang, untuk bepergian di dalam kota, kita bisa naik becak dengan ongkos tergantung jarak. Untuk jarak dekat biasanya hanya sekitar selangkung atau 25 Rupiah sedangkan untuk yang lumayan jauh seperti dari Malioboro ke Batas Kota di Sekitar Demangan atau Gejayan hanya sewidak atau enam puluh rupiah saja. Wah murah sekali. Â Tetapi kala itu dengan uang 6 Ribu Rupiah saja, cukup untuk biaya hidup untuk satu bulan di Yogya.Â
Untuk biaya makan, Yogya juga relatif lebih murah dibanding kota besar lainnya. Â Hanya dengan sekitar 20 atau 25 Rupiah sudah bisa menikmati SGPC alias sego pecel. Â Kalau mau makanan lebih mewah dengan daging atau ayam pun masih bisa di bawah 50 Rupiah sekali makan. Â
Sementara itu tempat wisata yang juga sudah sangat popular dan wajib dikunjungi kalau kita ke Yogya adalah Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Â Kondisi kedua candi tersebut tentunya sedikit berbeda dengan kondisi saat ini. Candi Borobudur sendiri sedang dalam keadaan di restorasi sehingga hanya bagian tertentu yang bisa dikunjungi dan masih banyak alat-alat berat di sekitar candi. Â Untuk ke Borobudur, kita harus naik bus dan tidak ada yang langsung dari Yogya melainkan harus ganti bus di Muntilan.
Sementara yang bisa saya ingat tentang Candi Prambanan, adalah masih banyak patung-patung yang sekarang berada di dalam candi, dulunya ada berserakan di luar candi dan kondisi candi Sewu yang masih belum direstorasi.
Demikian sekilas  mengenai situasi Yogya di sekitar pertengahan tahun 1970-an. Sebuah kisah dan pengalaman yang tetap masnis untuk dikenang, bahkan setelah puluhan tahun berlalu.