Di depan apotik ini ada sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa bangunan di Jalan Braga merupakan cagar budaya sesuai Perda no. 10/2009. Â Wah sekilas bangunannya memang tua dan antik. Â
Didirikan pada 1902 Â dan pernah digunakan sebagai Bank N.I. Escompto, toko kacamata, agen ban Dunlop, toko tembakau dan rokok, hingga akhirnya dimiliki oleh N.V. Chmicalienhandel Rathkampo & Co. Â Gedung ini menjadi satu dengan beberapa gedung di sebelahnya termasuk Starbuck Asia Afrika.
Saya langsung teringat akan Sebagian kota di Rusia dan eks Uni Soviet, seperti di Moskwa, St, Pertersburg atau juga Tblisi di Gergia. Di sana bukan hanya bangunan tua, tetapi rumah yang pernah menjadi tempat tinggal seorang tokoh akan diberi prasasti bertuliskan sejarah singkat rumah tersebut dan siapa yang pernah tinggal di dalamnya.
Saya berjalan terus dan menuju ke persimpangan dengan Jalan Naripan.. Di sini ada sebuah bangunan tua, namun di bagian belakangnya sudah menjadi gedung bertingkat.Â
Ada tulisan Sarinah di depan gedung ini. Ternyata bangunan ini sekarang adalah sebuah hotel bernama De Braga Artotel, dan tepat di ujung jalan ada sebuah plaza terbuka dengan tulisan Braga dan bangunan tua yang cantik yang digunakan oleh Bank BJB.
Sebenarnya di depan Kimia Farma juga ada sebuah bangunan tua yang masih cantik hingga saat ini. Alamatnya di Jalan Braga no 1 dan bernama De Majestic. Â
Saya masih ingat dulunya bangunan ini merupakan sebuah bioskop. Sayang sekarang terlihat selalu tertutup dan  depannya ada sebuah prasasti yang menceritakan sejarah gedung ini dengan cukup lengkap.
Dikisahkan gedung ini merupakan karya arsitek terkenal Shoemaker dan menandakan bangkitnya gaya arsitektur Indoeropa atau IndoEuropeeschen Architectuur Stijll. Â Di prasasti yang kecil juga ada penjelasan kalau gedung dini dibangun pada 1925