Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kembang Gula, Mie Jowo, dan Pedang Bermata Dua di PIK Pantjoran

27 Juni 2022   11:19 Diperbarui: 27 Juni 2022   11:43 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kembali ke dekat pintu gerbang utama. Ternyata ada lagi sebuah mural atau lukisan dinding yang cukup unik karena bergambar dua lelaki dan dua perempuan yang sedang mengeliling sebuah meja. Seorang perempuan tampak berdiri dan sedang menghidangkan dua buah cangkir teh. Di atas meja tersedia makanan dan minuman.  Sebagai latar belakang ada seorang lelaki yang berpakaian mirip koki dan asap yang mengepul dari dapur.

Namun yang menarik adalah gambar seorang lelaki yang ada di luar ruangan. Tampak sebagai seorang lelaki yang sedang tersenyum sambil membawa sebuah tombak dengan ujung yang khas berbentuk dua bulan sabit.  Di dekat kakinya ada sebuah guci besar berisi berbagai macam golok dan pedang.  Ada tiga buah Huruf Hanzhi yaitu Liu Tiejiang atau Pandai Besi Liu.   Dan juga sebuah huruf yang dihiasi sepasang golok di bawahnya bertuliskan Jian atau Pedang.

Jian dan Teh: Dokpri
Jian dan Teh: Dokpri

Mengapa ada gambar pedang pada gambar orang minum teh ini? Sebuah plakat menjelaskan tentang Budaya Jian (Pedang) dan minum teh. Dijelaskan bahwa Jian adalah sebuah pedang bermata dua yang berasal dari sebuah keluarga tentara dari masa Dinasti Shang.  Sementara budaya minum teh merupakan kebiasaan yang sudah ada di Tiongkok sejak lama. 

 Teh selalu dicelupkan atau diseduh dengan air panas.  Saat berkumpul dan menyeduh teh inilah merupakan ajang untuk mengikat tali persaudaraan dan juga merupakan simbol permintaan maaf, penghormatan sekaligus relaksasi.  Saat minum teh ini juga biasnya digunakan untuk memperbincangkan berbagai persoalan dari yang ringan hingga yang serius.

Dari mural Pedang dan Teh  saya kemudian mampir sekali lagi ke gerbang utama dan trem Batavia yang berwarna merah, lalu kemudian berjalan santai meninggalkan kawasan PIK Pantjoran. 

Dalam perjalanan dari siang hingga sore ini, kita dapat mengetahu sejenak mengenai berbagai macam kuliner, kembang gula, bahakn mie Jowo dan juga budaya minum teh serta pedang bermata dua bernama Jian.

Foto-Foto: Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun