Dijelaskan bahwa Gambang Keromong ii merupakan akulturasi seni budaya Tionghoa dan Nusantara. Diceritakan bahwa pada abad ke 19 sampai awal abad kedua puluh, memiliki orkes Gambang Keromong dan para penyanyi cokek merupakan salah satu simbol status bagi para hartawan Tionghoa.
Pada informasi yang ditulis dalam tiga bahasa yaitu Indonesia, Inggris dan Mandarin ini juga memperkenalkan Encim Masnah atau Pang Tjin Nio yang merupakan diva penyanyi gambang keromong pada zamannya. Ada juga gambar Encim Masnah sedang bernyanyi dengan latar belakang orang sedang bermain mahyong.
Tidak jauh dari papan informasi ini ada lagi sebuah papan informasi bergambar shio atau zodiak Tionghoa dengan dua belas ekor hewan yang menjadi ciri khas budaya Tionghoa. Digambarkan kerbau, tikus, harimau, naga dan ayam yang merupakan beberapa contoh shio.Â
Perjalanan di Pantjoran PIK belum selesai, saya melewati restoran Punggol Nasi Lemak dan menyeberangi jembatan untuk sampai di Gerbang Utama. Sebenarnya ini adalah pintu masuk depan PIK Pantjoran. Â
Pintu gerbangnya sangat megah dengan atap bersusun yang terdiri dari tiga buah atap. Di bagian tengah tepat di bawah atap ada lima buah aksara Hanzie dengan warna emas berlatar belakang biru cerah.Â
Di dekat pintu gerbang utama ini terdapat sebuah tram warna merah yang bernama Batavia dan merupakan bus tram Batavia no 1. Â Walau selalu parkir, bus tram ini juga memiliki nomor polisi karena memang bisa berjalan sebagaimana bus umumnya.
Tidak terasa waktu salat Ashar telah tiba, dan kami segera mencari muslah di kawasan PIK Pantjoran. Untungnya walau tidak terlalu besar dan nyaman, di sebuah pojok terdapat juga toilet dan musala.
Foto-foto: Dokpri...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H