Eos atau Europe on Screen kembali tayang di Gothe Institute pada Minggu, 19 Juni 2022 dan menayangkan 3 film pemenang film pendek yang termasuk Special Pitching Program 2021. Â Penayangan film ini juga dihadiri oleh para undangan termasuk sutradara dan penulis film tersebut.
Film pertama yang diputar adalah Riwayat Ceti yang bercerita tentang Ceti dan suaminya yang bekerja sebagai penagih hutan (debt collector). Â Ceti sendiri sedang dalam kesulitan keuangan terutama karena anaknya Sakti yang harus membeli Hape untuk belajar online selama pandemi.
Namun kematian salah seorang nasabah yang bunuh diri akibat tidak bisa membayar hutang memberikan suatu solusi bagi mereka.
Film yang disutradarai oleh Azalia Muchransyah dengan para pemeran Dea Panendra, Nino Prabowo, Den Bagus Sasono melihat sisi lain dari dampak pandemi dan juga kejamnya pinjaman online. Serasa sangat dekat dengan masalah yang sering terjadi di sekitar. Â Film ini sendiri menggunakan Bahasa Indonesia dan Sunda serta diambil di kawasan Bogor.
Film kedua berjudul Men and Their Birds yang menceritakan tentang Atal dan kakaknya serta burung Atal yang bernama Jambu. Â Dalam film ini kita bisa melihat bertapa Atal sangat sayang dengan burungnya dan betapa hubungan persaudaraan antara kakak dan adik juga bisa menjadi renggang hanya karena masalah sehari-hari seperti pinjam meminjam uang.Â
Film ini disutradarai oleh Andrew Kose dan pemeran Zayen Aqilah sebagai Atai dan Riyan Andreas sebagai El.Â
Sementara itu sebagai puncaknya  kita disuguhkan dengan film terakhir berjudul Bibir Merah Siapa yang Punya. Film ini menceritakan sulitnya seorang Transpuan untuk mendapatkan KTP sehingga berkali-kali ditolak. Bahkan akhirnya harus menggunakan jasa calo yang menginginkan servis dari dirinya.Â
Film ini secara tidak langsung mengungkap sisi lain kehidupan transjender di Indonesia yang mungkin selama ini kurang kita perhatikan.
Film ini disutradarai oleh Pawadi Jihad dengan para pemain Agee Phoetra sebagai Eka Dwi Wadana dan Nazilajan sebagai Kak Wati serta Maliqyau sebagai Mansor si makelar alias calo.
Yang juga menarik di film ini adalah penggunaan logat Melayu yang kental karena film ini mengambil lokasi di Pontianak. Bahkan film ini juga diproduksi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu hanya 24 jam.
Nah bagi Anda yang belum sempat menyaksikan langsung tiga film pendek yang diputar dalam rangka Europe on Screen ini, masih tetap bisa menyaksikannya secara online di fsetivalsope.com.
Yuk kita dukung sineas muda Indonesia dan film-film pendek yang menyentuh jiwa serta sangat dekat dengan kehidupan sehari0hari serta segala permasalahannya.
Foto-foto: Dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H