Fakta yang juga menarik adalah Wasserturm ini dibangun lebih dahulu dibandingkan dengan Chapel Bridge. Menara ini dibangun sekitar abad ke 13 sementara jembatan baru dibangun pada abad ke 14. Namun ada kisah yang cukup suram mengenai menara ini yang menceritakan bahwa ruangan di dalamnya pernah dijadikan penjara dan sering dipakai sebagai tempat penyiksaan.
Dari jembatan ini, masih ada satu tempat lagi yang juga menjadi ikon kota Luzern sekaligus mempunyai rahasia yang jarang diungkap. Â Saya terus berjalan dengan tujuan adalah Monumen Singa atau Lowendenkmal. Â Sesampainya di Schwanenplatz, tidak sengaja saya melihat sebuah toko jam merek yang cukup terkenal, yaitu Bucherer. Saya masih ingat beberapa tahun lalu pernah mampir ke Bucherer dalam perjalanan ke Mount Titlis.
Akhirnya, walau tidak bermaksud membeli jam tangan, saya mampir ke toko ini. Â Melihat-lihat berbagai jenis jam tangan Swiss yang memang terkenal itu. Bucherer sendiri tidak terlalu mahal harganya. Namun yang menarik adalah di dekat pintu masuk ada tulisan dalam berbagai bahasa yang menyatakan bahwa karyawan di toko ini bisa berbicara dalam bahasa-bahasa tersebut.
Ada tulisan Hablamos Espanol, On Parle Francais, Falamos Portugues, Parliamo Italino, Nagsasalita Din Kami sa Filipino, dalam Bahasa Spanyol, Perancism Portugis , Italia, dan juga Tagalog. Â Selain itu juga ada dalam Bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Rusia, Swedia, Ceko, Hongaria, Cina, Arab, Tahi , Jepang dan Urdu. Â Namun yang unik adalah ada juga Bendera Indonesia dan tulisan Bahasa Indonesia saja, buka Kami bicara Bahasa Indonesia seperti bahasa-bahasa di atas.
Namun setidaknya pemilik atau manajemen di Toko Buchere ini juga sadar bahwa cukup banyak wisatawan asal Indonesia yang datang ke Luzern dan kemudian belanja di toko ini.
Foto-foto: Dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H