Di atas danau, saya juga dapat menyaksikan Kappelbrucke sebuah jembatan kayu yang dibangun pada abad ke 14 dan menjadi ikon kota Luzern. Tidak jauh juga terlihat Menara dengan atap lancipnya yang khas.
Tepat di kaki lima di dekat Jesuitkirche atau Gereja Yesuit terlihat banyak orang berkerumun. Dari kejauhan gereja model barok dengan dua menaranya yang khas ini sangat indah dan menarik. Saya kemudian mendekat dan melihat kerumunan orang itu.
Rupanya ada pertunjukan musik jalanan yang sangat menarik karena terlihat tiga orang lelaki memakai setelan jas hitam-hitam dengan topi hitam sedang meniup sebuah alat musik tiup tradisional yang bentuknya seperti pipa yang panjangnya sekitar 3 meter sehingga ujungnya terletak di atas trotoar.
Sekilas alat musik ini berbentuk seperti trompet, namun bisa memainkan alunan bermacam-macam musik. Saya berdiri sambil menikmati beberapa alunan lagu tradisional yang sebagian besar tidak saya kenal.
Tetapi sesekali mereka juga memainkan music klasik yang sudah kondang seperti Eine Kleine Nach Musik Beethoven atau The Four Season gubahan Antonio Vivaldi.
Ternyata alat musik ini disebut dengan nama Alpenhorn dalam bahasa Jerman atau Alphorn dalam bahasa Inggris atau kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Trompet Alpen.Â
Alat musik ini memang berasal dari daerah Swiss bagian tengah di sekitar gunung Pilatus dan sebenarnya digunakan untuk menggembala ternak selain sebagai alat komunikasi antar desa di zaman dahulu.
Tidak jauh dari tiga lelaki yang memainkan alpenhorn ini juga ada sekelompok orang yang sedang melepaskan balon-balon berwarna merah ke udara. Balon itu ada dalam berbagai bentuk selain bulat dan lonjong, ada juga yang berbentuk hati sebagai perlambang cinta. Mereka bertepuk tangan dengan gempita ketika balon-balon merah itu beterbangan ke langit kota Luzern.