Jenewa atau Geneve dalam Bahasa Perancis dan Genf dalam Bahasa Jerman merupakan sebuah kota yang sangat indah di Swiss. Â Ke sana lah saya pergi di akhir April di awal musim semi yang juga indah. Cuaca yang menyenangkan serta banyak bunga bermekaran di taman-taman di kota ini.
Sesampainya di hotel Crowne Plaza di dekat bandara Jeneva sebuah hadiah sudah menyambut, Hadiah Ulang Tahun berbentuk sepotong coklat dan anggur khas Perancis. Wah benar-benar mengasyikkan merayakan ulang tahun di jantung benua Eropa. Â Tujuan saya kali ini memang berkunjung ke Swiss Air Centre yang juga berfungsi sebagai IATA Training Centre. Di sini saya akan tinggal sekitar satu minggu sebelum kembali ke tanah air.
Geneve merupakan kota yang terbesar kedua di Swiss setelah Zurich . Namun yang membedakannya adalah suasana nya. Kalau di Zurich saya terbiasa berbicara Bahasa Jerman, maka di Geneve ini saya harus berjuang untuk bisa menyuarakan kata-kata dalam Bahasa Perancis yang banyak bunyi sengau. Â Walaupun saya mengerti kebanyakan petunjuk dan pengumuman namun mengucapkannya memang membutuhkan perjuangan ekstra.
Pagi itu saya naik bus menuju pusat kota dari hotel saya di kawasan Bandara. Â Bus no 5 membawa saya ke pusat kota dalam waktu beberapa menit saja. Untuk membeli tiket, hanya perlu memasukkan beberapa koin Franc Swiss di vending machine, Uniknya bagi penduduk lokal yang sudah mempunyai tiket langganan, mereka hanya naik dan turun tanpa sama sekali perlu membeli tiket lagi.Â
Di Geneve, seperti juga kebanyakan kota di Eropa, naik transportasi umum memang lebih banyak berdasarkan kejujuran semata. Sama sekali tidak ada pemeriksaan tiket. Â Namun kalau kita kedapatan tidak mempunya tiket yang sah, bisa didenda sampai 60 Franc.
Tujuan saya kali ini hanya melihat-lihat pusat kota yang berada di tepi Danau Jeneva yang dalam bahasa Perancis disebut juga Lac Leman atau Danau Leman. Danau ini juga berfungsi menjadi perbatasan antara Swiss dan Perancis. Â Keberadaan danau ini membuat Jenewa memiliki atmosfer yang lebih hangat dibandingkan kebanyakan kota di Swiss yang memiliki aroma pegunungan Alpen yang dingin membeku.
Suasana di tepian danau Jenewa sangat nyaman dan enak untuk berjalan kaki sambil bersantai. Di sini juga banyak diparkir perahu pesiar yang mewah. Â Yacht mungkin nama yang lebih tepat. Â
Taman-taman kota juga sangat indah dengan rumputnya yang hijau dan bunga-bunga yang segar. Ada yang warna merah, hijau, kuning ungu dan cokelat. Begitu sedap dan indah dipandang mata. Saya juga sempat duduk-duduk di tepi danau dengan latar belakang bendera Swiss, yaitu palang putih dengan latar belakang merah.
Kalau Lelah berjalan, ada banyak kursi taman dari kayu yang dicat warna hijau. Saya duduk di sebuah kursi di bawah sebuah pohon dengan latar belakang suasana kota, orang lalu Lalang, kendaraan dan juga pepohonan yang dicukur rapi berbentuk kerucut terpotong. Â Walau di tengah kota suasananya mirip dengan taman-taman nan indah di istana Versailles.
Di tempat lain, ada  permainan catur raksasa yang digelar di tempat terbuka. Sementara di seberangnya juga ada permainan Othello dan seorang lelaki yang sedang membungkuk memindahkan  cakram atau disc yang berwarna merah hitam. Di sekitarnya ada beberapa anak dan seorang perempuan yang sedang duduk santai.Â
Singkatnya kota Jenewa memang sangat ramah buat pejalan kaki karena banyak dan kita dapat sekdar santai sambil menikmati nya dengan gratis. Â Tidak jauh dari sini juga ada air mancur bertingkat dengan hiasan patung perunggu nan cantik. Â Bahkan di tepian jalan juga banyak monumen dan patung-patung yang biasanya kita jumpai di museum-museum terkenal.Â
Di kejauhan tampak Jet dau yang merupakan air mancur ketekanan tinggi yang ada di tepian Danau Jenewa. Â Semburan air mancur jet ini bisa mencapai ketinggian sekitar 140 meter. Â Konon bila kita datang di malam hari, lampu warna-warni akan menyemarakkan tempat ini. Â Â Kami terus berjalan santai sambil menikmati suasana kota.
Kami terus berjalan dan akhirnya tiba di Gedung PBB. Â Walaupun Markas besar PBB sekarang berada di New York, namun merunut sejarahnya Jenewa juga mempunyai gadung dan kantor PBB seperti kantor WHO dan ILO yang ada di sini.
Yang menarik adalah sebuah taman dengan hiasan berupa sebuah kursi raksasa berukuran tinggi lebih dari 10 meter. Â Kursi itu sekilas terbuat dari kayu berwarna cokelat dan berdiri gagah di tengah taman. Sayangnya salah satu kaki kursi terlihat tidak utuh dan hanya ada setengah saja.Â
Ternyata monumen kursi dengan kaki yang putus ini mengandung makna yang dalam. Monumen ini dibuat untuk memperingati banyaknya korban land mine atau ranjau darat yang menderita cacat seumur hidup mereka. Â Dengan adanya monumen ini, diharapkan negara bertanggung jawab dan melindungi mereka yang cacat karena terkena ranjau. Â Dan lokasinya pun sudah sangat tepat yaitu di lapangan tepat di Gedung PBB yang disebut Place des Nations.
Hari sudah menjelang senja ketika kami akhirnya kembali naik bus no. 5 menuju ke hotel. Sebuah hari yang menyenangkan di Jenewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H