Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

JIka Ingin Lebih Kaya, Mari Mampir ke Taman Ini

6 Juni 2022   18:42 Diperbarui: 6 Juni 2022   18:45 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebet Eco Park merupakan taman rekreasi baru yang sedang viral di Jakarta. Taman yang dulunya adalah hutan kota di kawasan Tebet Timur ini baru diresmikan oleh gubernur DKI ada April 2022 lalu dan kemudian langsung ramai dikunjungi warga. 

Selain lumayan luas dan memiliki banyak tempat menarik, tentu saja karena untuk masuk ke taman ini juga tidak dipungut biaya alias gratis. Tentunya kebanyakan kita suka yang gratisan.

Halte Tebet BUMD: Dokpri
Halte Tebet BUMD: Dokpri

Pagi itu di akhir pekan, saya naik Trans Jakarta no. 9 tujuan Pinang Ranti dan turun di halte Tebet BUMD.  Sesuai Google map, saya masih harus berjalan kaki sekitar 1,1 Km untuk sampai di pintu masuk Tebet Eco Park. Wah lumayan jauh juga.  

Namun, ketika turun dari bus dan melangkah naik ke JPO halte, saya melihat sebuah petunjuk arah yang hanya terbuat dari kertas yang dilaminating. Kertasnya warna coklat tua dengan tulisan warna putih. 

"Tebet Eco Park 280 Meter," demikian tertulis pada petunjuk arah yang dilengkapi  dengan tanda panah dan gambar orang berjalan kaki.  Sebenarnya sebelum di JPO juga sudah ada petunjuk serupa, Cuma saya lupa berapa meter tepatnya.

280 Meter Lagi: Dokpri
280 Meter Lagi: Dokpri

Saya mengikuti tanda panah dan kemudian menuruni tangga. Di sini kembali ada petunjuk serupa dengan arah panah membentuk U Turn, kali ini jaraknya tinggal 200 meter.  Saya terus berjalan sambil juga mengikuti arah di Google map.  

Kemudian sekitar beberapa puluh meter saya bertemu dengan sebuah SPBU Pertamina dan di sini saya melewati SPBU  yang terletak di antara  jalan MT Haryono dan jalan Tebet Barat Dalam X.  

200 Meter lagi: Dokpri
200 Meter lagi: Dokpri

Di jalan ini ternyata sekarang banyak lokasi yang menawarkan lahan parkir baik buat roda emat maupun roda dua. 

Rupanya karena kahan parkir untuk ke Tebet Eco Park sangat terbatas karena dikelilingi oleh beberapa jalan yang sempit, maka warga setempat yang mempunyai lahan kosong menawarkan lahan mereka menjadi tempat parkir. 

Pedagang Tepi Jalan: Dokpri
Pedagang Tepi Jalan: Dokpri

Saya berjalan belok ke kanan dan menikmati suasana yang mulai ramai.  Banyak sekali penjual makanan di tepi jalan ini bagaikan di mal terbuka.  Di tepi jalan ini saya juga bertanya kepada seorang berseragam petugas dimana pintu masuk ke taman. 

"Itu di dekat tukang Jual Balon," jawab petugas itu sambil menunjuk ke tempat di tepi taman sekitar 50 meter.   Wah lumayan dekat dan ternyata petunjuk jarak di halte dan JPO Trans Jakarta sama sekali tidak berdusta.   Keputusan untuk berkunjung ke sini menggunakan Trans Jakarta ternyata merupakan keputusan yang tepat.

Peduli Lindungi: Dokpri
Peduli Lindungi: Dokpri

Akhir pekan di Tebet Eco Park sangat meriah. Sepanjang tepi jalan berderet berbagai macam dagangan, baik makanan, minuman, maupun mainan anak-anak. Penjual minuman menawarkan dagangannya sambil berteriak bahwa di dalam tidak ada yang jualan.  

Masuk di pintu gerbang, sama sekali tidak ada pemeriksaan walau ada tempat di mana pengunjung harus memindai aplikasi Peduli Lindungi. Pandemi Covid seperti sudah berlalu kecuali sebagian besar pengunjung masih memakai masker. Walaupun ada juga beberapa yang sudah melepasnya. Bukankah a ini memang taman di luar ruangan, sehingga kita bebas tidak memakai masker?

Hal pertama yang saya jumpai adalah denah taman yang menunjukkan beberapa zona yang ada di Tebet Eco Park ini.  Ada zona mainan anak, ada juga zona untuk bersantai alias Community Garden, ada juga yang banyak pepohonan dan dinamakan Forest buffer, serta sebuah Jembatan yang disebut Infininty Link Bridge Sekilas Taman yang luasnya 25 Hektar ini dibelah oleh sebuah jalan namun dapat dikunjungi dengan jembatan  yang berbentuk huruf S atau lebih mirip angka delapan.   

Singkatnya selain nama Taman yang keren dalam Bahasa Inggris, yaitu Tebet Eco Patk, nama tempat dan fasilitas di taman ini juga semuanya dalam Bahasa Inggris.   

Di dalam taman banyak pengunjung yang umumnya datang bersama keluarga bersantai duduk-duduk di tikar. Uniknya di pinggir pagar seng, ada penjual tikar yang menawarkan tikar asli seharga 10 ribu rupiah.  Yang kelihatan hanyalah sebagian kepala dan badan bagian atas sanga penjual.  

Apa saja ada: Dokpri
Apa saja ada: Dokpri

Di taman ini kita bisa sekedar jalan santai atau juga berolah raga sambil menikmati udara terbuka di tengah kota Jakarta. Lumayan santai dan suasananya sangat merakyat dan sederhana

Saya kemudian berjalan santai menikmati suasana sambil sesekali melihat ke pagar seng.  Di sela-sela pagar ternyata tetap banyak penjual yang menawarkan makanan dan minuman termasuk air mineral.   

Walau mereka tidak boleh berjualan di dalam taman, mereka tetap bisa berjualan melalui sela-sela pagar seng.  Singkatnya walau di dalam taman tidak ada yang jualan, pengunjung dapat memesan makanan melalui pagar seng.  

Di dalam pagar tergantung iklan berbagai jenis makanan, baik bakso bakar, sosis bakar, pop mie, cilok, batagor serta berbagai jenis minuman baik air mineral, kopi, dan teh manis. Pokoknya lengkap dan membuat taman ini menjadi lebih hidup dan semarak.

Infinity Link Bridge: Dokpri
Infinity Link Bridge: Dokpri

Infinity  Link Bridge yang berwarna oranye terlihat selalu ramai. Tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan untuk ikut meramaikan jembatan ini dan menikmati suasana taman dari ketinggian beberapa meter.  Suasana sangat ramai, saya terbawa arus hingga kemudian turun di bagian taman sebelah utara.  

Di sini terapat sebuah amfiteater kecil dan tempat berfoto bertuliskan Tebet Eco Park. Di dekatnya ada sebuah prasasti peresmian taman ini, kata-katanya sama dengan prasasti dalam ukuran mini yang saya baca di Infinity Link Bridge:

Taman ini dibangun untuk menjadi ruang ketiga: ruang yang mendekatkan, menghangatkan dan menyatukan antar warga. Tak sekedar menjadi ruang hijau dan biru bagi kota, tapi juga pemerkaya pengalaman warga. Taman ini dibangun untuk menjadi pengingat dan penyemangat tentang ikhtiar menjaga lingkungan, membangun kota yang bersahabat dengan alam, dan lestari demi masa depan.

Prasasti: Dokpri
Prasasti: Dokpri
Tidak jauh dari tempat ini ada lagi sebuah paviliun lengkap dengan musala dan  toilet. Bahhkan tersedia juga layanan vaksin baik untuk vaksin pertama , kedua , mau pun booster.  Namun tampaknya sepi peminat dan petugas hanya duduk-duduk menanti sambil bercakap-cakap.

Di depan ada odong-odong yang baru saja menurunkan penumpang yang kebanyakan anak-anak ditemani atau tanpa orang tua mereka. Odong-odong ini mungkin berkeliling di jalan-jalan di sekitar kawasan Tebet Timur saja. Tidak jauh dari odong-odong ada juga sebuah delman hias yang sedang parkir.

Ketika saya sedang duduk di sini, seorang gadis yang mengaku petugas dari BNPB juga membagikan masker gratis kepada beberapa pengunjung. Syaratnya setelah menerima masker, kita harus bersedia diambil fotonya. 

Meja kursi nan cantik: Dokpri
Meja kursi nan cantik: Dokpri

Saya terus berjalan ke sebekah utara. Di sini banyak tempat duduk yang dilengkapi meja untuk pengunjung bersantai. Kursi dan meja dari kayu di alam terbuka yang lumayan cantik. Akses menuju meja dan kursi ini masih ditutup dengan police line berwarna kuning hitam.

Namun saya melihat ada beberapa meja yang diduduki beberapa orang, mungkin satu keluarga. Saya tidak tahu bagaimana mereka masuk, mungkin menerobos atau melompat garis polisi ini.

Tetapi tidak beberapa lama kemudian, ada seorang petugas yang menegur dan meminta mereka untuk pindah. Ketika ditanya mengapa meja dan kursi di kawasan ini belum boleh dipakai oleh pengunjung petugas itu menjelaskan bahwa rumputnya masih baru ditanam dan perlu beberapa hari kemudian baru boleh dipakai.

Di bagian lain ada juga beberapa patung hewan-hewan kecil yang lucu di tengah-tengah rerumputan dan kursi tempat bersantai, ada juga jembatan kecil dan sebuah sungai yang melintas. Sayangnya kondisi sungai masih kurang bersih walau tidak terlalu kotor juga untuk ukuran Jakarta.

Sebuah sungai: Dokpri
Sebuah sungai: Dokpri

Setelah sekitar satu jam lebih bersantai di Tebet Eco Park dan bahkan dua kali menerima masker gratis, saya meninggalkan Taman melalui pintu di sebelah utara di jalan Tebet Timur Raya.  

Tujuan saya kali ini adalah stasiun Cawang yang menurut Google map masih sekitar 1,6 Km atau 20 menit berjalan kaki.   Di sepanjang jalan juga ada tempat parkir motor di dalam rumah warga, tukang dagangan baik makanan seperti bakso dan tentu saja minuman.  Ternyata pelanggannya adalah pengunjung taman dan mereka berkomunikasi melalu  celah-celah pagar seng. 

Kehadiran Tebet Eco Park bukan hanya memberikan satu alternatif tempat wisata yang gratis dan lumayan bagus untuk warga, namun sekaligus memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar. Mengingat sedikitnya lahan parkir, pengunjung disarankan naik kendaraan umum. 

Kemudahan ini terbukti dengan adanya petunjuk arah di halte TransJakarta Tebet BUMD. Bahkan ketika saya sampai di stasiun Cawang, di depan pintu juga ada petunjuk serupa. Namun kali ini jaraknya 650 Meter.  Hanya ada satu saran. Alangkah baiknya jika petunjuk arah dibuat lebih bagus dan permanen.

Namun yang jelas, pengunjung akan semakin kaya setelah berkunjung ke taman ini. Yaitu kaya pengalaman seperti pesan pada prasasti.

Jakarta awal Juni 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun