Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dari Austria ke Belanda via Banda di Ujung Senja

5 Juni 2022   13:28 Diperbarui: 5 Juni 2022   13:43 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu sedikit lagi menunjukkan pukul 4 ketika saya tiba di halaman Erasmus Huis. Suasana sudah lumayan ramai dengan para penggemar film Eropa yang mengantre untuk mendapatkan tiket. Setelah mendaftar melalui ponsel, saya mendapatkan sebuah tiket kertas lengkap dengan judul film Oskar and Lili.  Film akan dimulai 4.30 sementara penonton bisa masuk ke Auditorium di Lantai 2 pukul 4.15.

Tiket: Dokpri
Tiket: Dokpri

Sambil menunggu, saya jalan-jalan sebentar melewati kantin. Di sini banyak meja dan kursi yang sudah dipenuhi calon penonton. Kebanyakan berusia belasan hingga dua puluh tahunan. 

Hanya sedikit yang berusia Om dan Tante.   Beberapa wajah sudah cukup akrab dengan saya karena sering bersama menonton film baik Press Screening maupun Gala Premier di berbagai acara.  Mereka duduk sambil bercengkerama dan menikmati makanan kecil dan minuman ringan. 

Perpustakaan: Dokpri
Perpustakaan: Dokpri

Di dekat kantin juga ada perpustakaan Erasmus Huis. Sayang sudah tutup karena hanya buka sampai jam 4 dan juga hanya hari-hari tertentu saja.  Dari pintu kaca, saya sematkan mengintip suasana perpustakaan yang sekilas dipenuhi rak berisi buku-buku. 

Saya kemudian berjalan menuju ke halaman di dekat jalan Rasuna Said.  Di sini ada replika sebuah rumah kayu yang khas Belanda. Wah walau beberapa kali sempat main ke Erasmus Huis, saya belum pernah melihat replika rumah tradisional Belanda in. 

Sambil menunggu, saya kemudian memesan minuman di kantin, segelas es teh. Sejenak saya mengintip menu yang ada di kantin ini. Ada beberapa menu khas Belanda seperti Bitter Ballen dan juga tentunya makanan khas Indonesia seperti gado-gado.

Sekitar jam 4.15, saya mulai masuk ke Auditorium sementara di lantai bawah ternyata ada pameran foto mengenai Pulau Banda. 

Pemutaran film dimulai dengan sedikit pidato dari pengelola, baik Event Director EOS, dan juga Direkturr Erasmus Huis. Intinya menyatakan kegembiraan mereka karena bisa kembali menyelenggarakan acara ini secara off line bersama dengan Goethehaus, Instituto Italiono di Cultura dan Institut Francais Indoenesia (IFI)  Thamrin setelah dua tahun absen karena pandemi. EOS 2020 dan 2021 memang hanya diadakan secara online. Sementara untuk 2022 ini akan diadakan secara hibrida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun