Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Sebuah Musala di Halte TransJakarta Dekat Tiga Kedutaan Besar

5 Juni 2022   11:52 Diperbarui: 5 Juni 2022   14:50 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke Jakarta!  Sore itu saya memang kembali menuju ke Jakarta dari Bekasi dengan tujuan Erasmus Huis di Kedutaan Belanda di kawasan Kuningan. Tujuannya sangat sederhana, menyaksikan dua film yang diputar dalam rangka pemanasan Europe on Screen.

Dengan KRL saya tiba di Stasiun Manggarai yang kini tampak megah, ramai dan selalu dipenuhi oleh penumpang yang sibuk bertanya tempat menunggu kereta api dengan berbagai arah tujuan masing-masing. Sementara saya juga masih bertanya-tanya di mana harus menunggu Trans Jakarta yang bisa membawa saya ke Kuningan.  Dulu, sebelum pandemi saya hafal tempat menunggu Bus 6 M jurusan Blok M.

Namun kali ini, saya keluar dari stasiun mengikuti petunjuk ke arah jalan Sultan Agung dan HalteTrans Jakarta di Terminal Manggarai.  Saya berjalan di lantai atas stasiun yang tidak terlalu ramai dan kemudian menuruni anak tangga sambil sesekali melihat suasana stasiun dan sekitarnya, Ada beberapa penumpang yang juga bingung harus transfer ke Bogor setelah tiba dari Bandara Soekarno-Hatta dengan KA Bandara.  Seharusnya mereka tidak menuju pintu keluar melainkan naik ke peron atas.

Sementara di depan pintu stasiun ada juga penumpang yang baru tiba dari bandara sedang menunggu angkutan online.  Dari koridor yang menuju ke Halte Trans Jakarta dan terminal Manggarai, saya bisa  memandang megahnya bangunan Stasiun Manggarai. 

Petunjuk Stasiun Manggarai: Masih Kumuh?  Dokpri
Petunjuk Stasiun Manggarai: Masih Kumuh?  Dokpri

Saya terus berjalan menuju Halte Terminal Manggarai.  Ketika sudah mendekat saya melihat bangunan Pasar Raya Manggarai yang dulu merupakan salah satu pusat perbelanjaan favorit saya. Bahkan di Gedung ini ada Masjid Al Latif yang indah dan nyaman. Namun bahkan dari kejauhan saya bisa melihat bahwa pusat perbelanjaan ini sudah ditutup. Persaingan antar mal dan hantaman badai Covid rupanya tidak bisa dielakkan. Pintu utamanya terlihat sepi dan tidak ada kegiatan.  Rencana pertama yaitu salat Asar di Pasar Raya terpaksa batal.

Pasar Raya: Dokpri
Pasar Raya: Dokpri

Saya tiba di halte Busway Manggarai. Kebetulan tidak lama menunggu bus 6M tujuan Blok M tiba. Saya segera naik dengan tujuan halte Kuningan Timur.  Tiba-tiba saja saya ingat bahwa ada beberapa halte Trans Jakarta yang sudah dilengkapi musala.  Namun saya tidak ingat yang mana. Namun penyelusuran di dunia maya memberikan info bahwa halte Patra Kuningan memiliki fasilitas ini. 

Bus melaju lumayan lancar ke halte Pasar Rumput, Halimun dan kemudian memasuki Jalan H.R Rasuna Said.   Setelah melewati beberapa halte seperti Setiabudi Utara, GOR Sumantri, akhirnya bus tiba di halte Patra Kuningan.  Sekilas suasana halte belum terlalu ramai. Saya segera turun dan langsung melihat ke arah kanan alias bagian utara halte. Di pojok terlihat tanda bertuliskan musala.   Di depan musala ada sebuah tempat wudu dengan beberapa buah keran. Setelah melepas sepatu saya menuju tempat wudu dan langsung kaget karena keran tersebut tidak mengeluarkan air. Demikian juga dengan dua keran di sebelahnya.

Saya sempatkan mengintip ke musala yang mungil namun tampak lumayan rapi. Sayang tidak ada airnya. Saya segera kembali memakai sepatu dan berjalan menuju pintu halte dimana terdapat seorang petugas halte trans Jakarta.

"Kebetulan pompa air sedang rusak, tapi di halte Kuningan Timur juga ada musala," demikian jawab petugas itu ketika saya menanyakan soal air wudu yang tidak ada.

Musolah: Dokpri
Musolah: Dokpri

Wah kebetulan sekali, halte Kuningan Timur memang tujuan saya.  Saya kemudian menunggu bus berikutnya dan hanya perlu waktu kurang dari tiga menit, busa sudah sampai di halte Kuningan Timur.  Halte ini tampaknya lebih luas dan besar dibandingkan halte Patra Kuningan.  Mungkin sudah direvitalisasi dibandingkan kunjungan saya terakhir sebelum pandemi. Ketika turun bus, saya segera melihat ke ujung di sebelah utara. Benar saja ada tanda musala di sini sementara tempat wudunya lebih luas berada di sisi sebelah kiri sebelum musala. Sebelumnya juga ada dua buah ruangan tertutup, yang satu adalah Gudang dan yang satu adalah toilet yang bisa digunakan lelaki dan perempuan.

Hanya ada seorang ibu berusia tiga puluh tahunan dan seorang anak lelaki berusia 6 atau tujuh tahun di sedang duduk di kursi di depan musala, saya tidak tahu apa mereka habis salat atau mungkin si ibu hanya membantu anaknya mengganti celana.  Begitu sekilas yang semat saya perhatikan. Di pojok ini memang sepi dan tidak ada penumpang. Situasi halte juga kebetulan tidak ramai.

Selembar Sajadah: Dokpri
Selembar Sajadah: Dokpri

Setelah wudu saya masuk ke musala yang tidak terlalu luas. Sekilas agak kumuh.   Tidak ada karpet, yang ada hanya sebuah sajadah yang terhampar sesuai arah kiblat. Ada juga petunjuk garis di lantai menunjukkan arah kiblat.  Selepas salat, saya penasaran melihat toilet di halte ini. Sayangnya ketika mencoba membuka pintu, saya tidak berhasil karena kunci toilet dalam keadaan terkunci. 

Tempat wudu: Dokpri
Tempat wudu: Dokpri

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore.  Dan pertunjukan film pertama yaitu film Austria Oskar dan Lili akan dimulai pukul 4.30. Saya melihat ke seberang jalan dan tampak Gedung Kedutaan Belanda ada di dekat halte.  

Namun ketika keluar halte, saya harus berjalan lumayan jauh sekitar tiga ratus meter sampai ke JPO di atas Jalan H.R Rasuna dan sudah lebih dekat ke Halte Kuningan Barat yang ada di Jalan Gatot Subroto. Di sepanjang JPO yang masih standar bentuknya saya melihat ke kanan. Selain Kedutaan Belanda yang dihiasi poster untuk mendukung Ukraina atas serangan Rusia, di sebelahnya ada Kedutaan Austria dan Hongaria, serta kedutaan Swiss.  Wah, perjalanan di atas halte Busway dan wisata kedutaan. Semuanya dijaga oleh satpam yang selalu waspada di depan pintu gerbang.

JPO yang panjang dan jauh: Dokpri
JPO yang panjang dan jauh: Dokpri

Saya menyeberang JPO dengan terowongan yang menuju ke kawasan Mampang dan Warung Buncit di bawah yang mulai ramai tersendat.  Begitu turun di Jalan HR Rasuna Said, saya harus kembali menyusuri kaki lima di depan beberapa kedutaan tadi ditemani tatap muka satpam yang terus waspada. Kebetulan kaki lima di sini memang tidak seindah di Sudirman Thamrin dan hampir tidak ada atau jarang dilalui pejalan kaki.  Setelah sampai di pojok Kedutaan Belanda  jalan Besakih,saya belok kiri dan sampai di pintu masuk Kedutaan Belanda dan Erasmus Huis.

Petunjuku ke 3 Kedubes: Dokpri
Petunjuku ke 3 Kedubes: Dokpri

Suatu perjalanan yang berkesan melihat Halte Trans Jakarta dan musalanya serta letak JPO yang lumayan jauh  dari posisi halte di kawasan HR Rasuna Said. 

Jakarta awal Juni 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun