"Kebetulan pompa air sedang rusak, tapi di halte Kuningan Timur juga ada musala," demikian jawab petugas itu ketika saya menanyakan soal air wudu yang tidak ada.
Wah kebetulan sekali, halte Kuningan Timur memang tujuan saya. Â Saya kemudian menunggu bus berikutnya dan hanya perlu waktu kurang dari tiga menit, busa sudah sampai di halte Kuningan Timur. Â Halte ini tampaknya lebih luas dan besar dibandingkan halte Patra Kuningan. Â Mungkin sudah direvitalisasi dibandingkan kunjungan saya terakhir sebelum pandemi. Ketika turun bus, saya segera melihat ke ujung di sebelah utara. Benar saja ada tanda musala di sini sementara tempat wudunya lebih luas berada di sisi sebelah kiri sebelum musala. Sebelumnya juga ada dua buah ruangan tertutup, yang satu adalah Gudang dan yang satu adalah toilet yang bisa digunakan lelaki dan perempuan.
Hanya ada seorang ibu berusia tiga puluh tahunan dan seorang anak lelaki berusia 6 atau tujuh tahun di sedang duduk di kursi di depan musala, saya tidak tahu apa mereka habis salat atau mungkin si ibu hanya membantu anaknya mengganti celana. Â Begitu sekilas yang semat saya perhatikan. Di pojok ini memang sepi dan tidak ada penumpang. Situasi halte juga kebetulan tidak ramai.
Setelah wudu saya masuk ke musala yang tidak terlalu luas. Sekilas agak kumuh. Â Tidak ada karpet, yang ada hanya sebuah sajadah yang terhampar sesuai arah kiblat. Ada juga petunjuk garis di lantai menunjukkan arah kiblat. Â Selepas salat, saya penasaran melihat toilet di halte ini. Sayangnya ketika mencoba membuka pintu, saya tidak berhasil karena kunci toilet dalam keadaan terkunci.Â
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 4 sore. Â Dan pertunjukan film pertama yaitu film Austria Oskar dan Lili akan dimulai pukul 4.30. Saya melihat ke seberang jalan dan tampak Gedung Kedutaan Belanda ada di dekat halte. Â
Namun ketika keluar halte, saya harus berjalan lumayan jauh sekitar tiga ratus meter sampai ke JPO di atas Jalan H.R Rasuna dan sudah lebih dekat ke Halte Kuningan Barat yang ada di Jalan Gatot Subroto. Di sepanjang JPO yang masih standar bentuknya saya melihat ke kanan. Selain Kedutaan Belanda yang dihiasi poster untuk mendukung Ukraina atas serangan Rusia, di sebelahnya ada Kedutaan Austria dan Hongaria, serta kedutaan Swiss. Â Wah, perjalanan di atas halte Busway dan wisata kedutaan. Semuanya dijaga oleh satpam yang selalu waspada di depan pintu gerbang.
Saya menyeberang JPO dengan terowongan yang menuju ke kawasan Mampang dan Warung Buncit di bawah yang mulai ramai tersendat.  Begitu turun di Jalan HR Rasuna Said, saya harus kembali menyusuri kaki lima di depan beberapa kedutaan tadi ditemani tatap muka satpam yang terus waspada. Kebetulan kaki lima di sini memang tidak seindah di Sudirman Thamrin dan hampir tidak ada atau jarang dilalui pejalan kaki.  Setelah sampai di pojok Kedutaan Belanda  jalan Besakih,saya belok kiri dan sampai di pintu masuk Kedutaan Belanda dan Erasmus Huis.