Saya terus berjalan dan membaca beberapa tulisan lainnya termasuk pernyataan Presiden Sukarno bahwa Irian Barat harus dibebaskan dari kolonialisme Belanda sebelum ayam jantan berkokok pada 1 Januari 1963 yang dilontarkan pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1962.
Dan akhirnya dapat juga kita baca kutipan pidato presiden Sukarno pada peresmian Monumen Irian barat tanggal 18 Agustus 1963 sebagai berikut:
"Satu monumen yang perkasa
Namanya Monumen Irian Barat
Bisa juga diartikan sebagai monumen perjuangan kita untuk membebaskan seluruh tanah air kita Indonesia dari cengkeraman imperialisme
Jadi bukan hanya Irian Barat tetapi seluruh tanah air kita dari Sabang sampai Merauke
Monumen ini adalah juga monumen menggambarkan jiwa kita, semangat kita, Â cita-cita kita , yaitu menjadi satu bangsa yang besar"
Setelah sejenak belajar sejarah, saya kembali berjalan menyusuri bibir monumen. Terlihat deretan tiang bendara di atas bangunan ini.Â
Dan ketika mencari toilet saya melihat seorang gadis  yang kecewa karena toilet perempuan dalam keadaan terkunci. Rasa penasaran membawa saya ke toilet pria, yang sayangnya juga dalam keadaan terkunci. Â
Akhirnya saya kembali berjalan menyusur jalan di depan Masjid Istiqlal dan menunjuk ke halte busway di dekat Stasiun Juanda. Â Sebuah perjalanan di sore hari yang menyenangkan di tengah kota Jakarta.Â
Sebuah perjalanan menyusuri  rentang waktu dan sejarah Lapangan Banteng. Sebuah perjalanan dimana kita dapat menemukan banyak hal mengenai sejarah bangsa ini.Â
Bahkan ada fakta yang mungkin tidak akan diketahui seperti adanya gubernur Irian Barat sebelum Irian barat kembali ke pangkuan Indonesia seperti Zainal Abidin Syah yang menjabat sejak 1956 hingga 1962.
Jakarta, Akhir Mei 2022