Pada sebuah dinding saya melihat dua buah gambar yang menjelaskan sekilas mengenai sejarah lapangan banteng dan lintasan kisah mengenai perjuangan pembebasan Irian Barat. Â
Digambarkan sekilas situasi Lapangan Banteng ketika lapangan itu masih bernama Waterlooplein dan juga dijuluki Lapangan Singa hingga sebuah poster yang menyerukan bahwa sebelum matahari terbit , Â 1 Januari 1951, Irian harus di tangan kita.Â
Masih pada gambar ini juga dapat dilihat proses  pembangunan tugu Irian Barat serta para tokoh yang meresmikannya pada Agustus 1963.
 Saya berjalan terus menuju ke Tugu Irian Barat.  Jalan masuk ke Plaza utama yang naik ke atas di tutup sehingga saya hanya berjalan di tepi monumen dan melihat bagian bawah dan beberapa ruangan di bawah tugu.Â
Ada dua ruangan yang pintu kaca nya tertutup. Namun kita  isa melihat dari jauh ada beberapa informasi di dinding yang sekilas bercerita mengenai monumen ini.  Ada beberapa kursi dari batu marmer di bagian bawah monumen ini.
Di sebelah selatan monumen, terdapat air mancur menari yang hanya dioperasikan di saat sore atau malam di hari libur atau akhir pekan dan juga sebuah amfiteater yang lumayan luas. Mungkin di tempat ini juga sering diadakan pertunjukan budaya, kesenian atau pameran.
Namun yang lebih menarik adalah bangunan yang ada di samping tugu yang terletak di antara monumen utama dan lapangan olah raga di bagian utara lapangan Banteng. Â Di sini berderet kantor pengelola, dan fasilitas umum seperti musala dan toilet. Â
Dan di dinding bangunan ini secara kronologis, kita  bisa sekilas belajar sejarah mengenai pembebasan Irian Barat. Dimulai dari proklamasi kemerdekaan pada 1945, hingga penyerahan kedaulatan pada 1949 dan berdirinya tugu ini pada Agustus 1963.