Bagi pembaca yang beruntung pernah menunaikan ibadah haji atau umrah ke Tanah Suci, tentunya pernah berziarah ke sebuah masjid bersejarah yang sangat terkenal di Madinah. Masjid ini bernama Masjid Qiblatain atau Masjid Dua Kiblat dan pada awalnya disebut juga Masjid Bani Salamah.
Konon, di masjid inilah terjadi perubahan Kiblat umat Islam yang pada awalnya menghadap ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dan kemudian berpindah ke Kabah di Masjidil Haram di Mekah.Â
Siang itu, saya mengemudikan kendaraan menuju Pelabuhan Merak dengan rencana naik kapal feri menuju Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Â Saya tiba di Pelabuhan kapal eksekutif yang melayani pelayan kapal ekspres ke Lampung. Bangunan terminal dengan Sosoro Mall yang megah menyambut calon penumpang yang akan menyeberang ke Sumatra.
Setelah menunggu sekitar 45 menit, kendaraan kemudian antre dengan teratur untuk naik kapal feri KMP Port Link yang tampak besar dan memiliki dek beberapa tingkat. Untuk kendaraan besar naik d deka bawah, sedangkan untuk kendaraan kecil baik di dek sebelah atas. Â Setelah semua kendaraan naik ke kapal, peluit panjang berbunyi dan kapal sian membongkar sauh untuk berlayar.
Pelayaran dengan kapal ekspres memang lebih cepat karena hanya sekitar satu setengah jam saja sudah bersandar di Pelabuhan Bakauheni. Sebenarnya waktu pelayaran dengan kapal reguler juga sama cepatnya, namun kapal reguler biasanya menunggu lebih dari satu jam di Pelabuhan kedatangan untuk mendapatkan dermaga.Â
Suasana KMP Portlink siang itu lumayan ramai. Â Hampir semua tempat duduk terisi penuh. Â Suasana kabin tampak bersih dan nyaman, bahkan ada juga mini mart yang melayani penjualan makanan dan minuman termasuk mie instan yang menjadi makanan favorit penumpang kapal.Â
Sayangnya toilet terlalu kecil dan sering antre dan kebersihannya kurang terjaga.
Saya berniat untuk salat di musalah kapal. Musalah di kapal ini juga sekilas cukup luas dan bersih serta cukup nyaman. Ruang untuk lelaki dan perempuan dipisahkan dengan dinding pemisah dari rotan saja. Â Karpet Lantai kapal yang berwarna hijau ditutupi dengan deretan sajadah yang cukup rapi dan manis.Â
Dinding musolah berwarna putih yang memberikan suasana damai. Sebuah air conditioner juga menempel di dinding dan memberikan suhu yang sejuk. Serta sebuah jam digital juga menghiasi dinding.Â
Yang unik adalah arah kiblat yang ada di dinding ini: Ada gambar Kabah dengan tulisan Kiblat Arah Merak. Â Â
Sehingga tentunya kalau kapal berlayar ke arah Bakauheni, kita tidak boleh salat menghadap kiblat ini. Â Saya kemudian berbalik arah dan menghadap ke dinding yang lain. Di sini juga terhampar sajadah yang menghadap ke arah Bakauheni dan dinding nya juga sama berwarna putih.
Selain ada informasi berupa beberapa aturan seperti dilarang menghidupkan Hape, dilarang makan dan juga dilarang tidur-tiduran, di bagian bawah dinding juga ada petunjuk kiblat yang sama dengan di dinding sebelumnya. Kali ini tertulis Kiblat Arah Bakauheni. Â Â
Nah ke arah kiblat inilah para Jemaah salat siang itu.
Siapa sangka di atas kapal feri yang hilir mudik antara Merak Bakauheni ini terdapat musalah Dua Kiblat. Sebuah tempat ibadah yang cukup unik dan menarik.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H