Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sebuah Madrasah dan Napak Tilas 1000 Tahun Sejarah Hong Kong di Ping Shan

20 Mei 2022   09:51 Diperbarui: 21 Mei 2022   13:58 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata Hong Kong, kebanyakan kita membayangkan sebuah kawasan atau kota modern dengan sejarah yang belum terlalu lama. Sebuah kota dengan hutan beton pencakar langit yang mungkin baru masuk dalam radar sejarah ketika kawasan itu diserahkan ke kekuasaan Inggris pada pertengahan abad ke XIX oleh dinasti Ching.  Namun siapa sangka, kita juga bisa melihat sisi lain Hong Kong sekaligus menyusuri sejarah yang lebih panjang, bahkan dalam rentang waktu hampir menjangkau 1000 tahun.

Stasiun MTR Tin Shui Wai | Dokpri
Stasiun MTR Tin Shui Wai | Dokpri

Kali ini, pengembaraan dimulai di stasiun MTR Tin Shui Wai, sebuah nama yang agak asing karena letaknya memang bukan di pusat keramaian seperti Tsim Sha TSui, Central, atau Mong Kok.  Tin Shui Wai terletak nun jauh di barat laut pojok New Territories dan termasuk kawasan Yuen Long. 

Di stasiun ini juga terdapat perta informasi beberapa tempat wisata termasuk pintu keluar yang harus diambil. Salah satu yang tampak dalam peta adalah Tsi Suing Lau Pagoda.  Untuk menuju ke pagoda ini, kita disarankan mengambil exit E3 dan berjalan sekitar 6 menit. Dan ini merupakan awal perjalanan menyusuri jejak sejarah Hong Kong yang disebut dengan Ping Shan Heritage Trail.

Setelah berjalan santai sekitar 5 menit, kami sampai di sebuah pagoda yang berlantai 3 dan terbuat dari bata berwarna kehijauan. Atapnya khas pagoda dengan genting yang unik. Konon bangunan ini telah berusia lebih 600 tahun dan menurut brosur yang saya dapat kemudian Nama Tsi Suing Lau Pagoda  sendiri bermakna Pagoda of Gathering Stars. 

Pagoda | Dokpri
Pagoda | Dokpri

Kebetulan pagoda ini pintunya tertutup sehingga pengunjung hanya bisa menggaumi keindahan satu-satunya pagoda di Hong Kong dari luar. Pada lantai bawah terapat pintu kayu berwarna coklat tua yang digembok berbentuk persegi empat. 

Di atasnya ada empat aksara Hanzhi, sementara di lantai tengah terdapat jendela dengan bentuk lengkungan  di bagian atasnya dan tulisan tiga aksara Hanzhi.   Dan di tingkat paling atas hanya ada jendela kecil berbentuk lingkaran dengan dua buah aksara Hanzhi di atasnya. 

Di dekat pintu masuk pagoda ini, juga terdapat peta Ping Shan Heritage Trail dan tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi kemudian.  Kami kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri jalur menuju ke Sheung Cheung Wai.   Kata Wai sendiri dalam bahasa Kanton memiliki arti sebagai desa atau kampung yang dikeliling tembok.  

Kuil Dewa Bumi | Dokpri
Kuil Dewa Bumi | Dokpri

Ada sebuah monumen dari batu bata yang mirip makam atau kuburan.  Bahkan ada altar tempat banyak hio atau dupa. Ternyata ini adalah sebuah Shrine atau kuil untuk memuja dewa bumi yang disebut dengan To Tei Kung.  

Dewa Bumi ini disebut juga dengan nama Pa Kung, atau She Kung.   Dewa bumi dipercaya dapat melindungi penduduk desa dari mara bahaya. Tidak jauh dari kuil ini juga terdapat sebuah sumur tua yang  dibangun lebih dari 200 tahun lalu oleh penduduk desa Hang Tau Tsuen.

Yeung Hau Temple | Dokpri
Yeung Hau Temple | Dokpri

Kami terus berjalan di siang yang tidak terlalu panas. Maklum udara bulan Desember di Hong Kong cukup sejuk walau Mentari bersinar cerah.  Dan tempat menarik selanjutnya yang dijumpai adalah Yeung Hau Temple yang merupakan sebuah kelenteng yang terdiri dari tiga buah ruangan kecil. 

Di dalam setiap ruangan ini terdapat patung dan altar tempat pemujaan. Di dekatnya ada sebuah prasasti yang menjelaskan secara singkat sejarah kuil ini. Ternyata patung di dalam kelenteng ini adalah Hau Wong, To Tei (Dewa Bumi), dan Kam Fa (pelindung ibu hamil).

Perjalanan di Ping Shan terus berlanjut. Sangat mengasikan berjalan di tempat yang sepi dan menarik seperti ini. Kami kemudian tiba di tempat yang bernama Yan Tun Kong Study Hall yang merupakan sebuah tempat yang dapat digunakan untuk tempat belajar dan juga tempat pemujaan nenek moyang dan tempat berkumpul warga desa Hang Tau Tsuen. 

Makanan tradisional | Dokpri
Makanan tradisional | Dokpri

Tidak jauh dari sini juga terdapat Yu Kiu dan Tang Ancentral Hall yang merupakan pusat dari Ping Shan Heritage Trail.  Di sini kita  dapat melihat sejarah Tang Clan atau Marga Tang yang konon sudah datang ke kawasan sini sekitar abad ke 11 atau 12 atau hampir 1000 tahun yang lalu.  Di sini kita bisa mengetahui bahwa di kawasan Ping Shan ini terdapat tiga Wai atau kampung yang dikelilingi tembok dan 6 buah Tsuen atau desa.

Di sini juga terdapat altar Tang Clan  dan juga warung kecil yang menjual makanan tradisional khas Ping Shan. Banyak kue-kue dengan bentuk dan rasa yang unik dijual di tempat ini.  

Salah satunya adalah kue berbentuk panjang yang dilumuri wijen.  Bahkan disediakan juga potongan kue untuk dicicipi. Walaupun begitu pengunjung yang mampir ke sini sangat jarang. Maklum termasuk tempat wisata yang jauh dari pusat keramaian.

Masih terdapat lagi beberapa kuil, dan study hall di kawasan Ping Shan ini sebelum akhirnya kami tiba di Visitor Centre yang terletak di atas bukit.  Gedung ini sangat menarik karena lumayan megah dan terdiri dari dua lantai yang dulunya merupakan Kantor Polisi.  

Di dalam Gedung ini kitab dapat melihat banyak informasi mengenai tempat wisata yang terletak di kawasan Yuen Long dan memberikan pengunjung sekilas informasi mengenai sejarah Hong Kong dan penduduknya.

LRT Ping Shan | Dokpri
LRT Ping Shan | Dokpri

Nah selesai mengembara di Ping Shan, kami ingin kembali ke MTR Stasiun, namun secara tidak sengaja bertemu dengan stasiun LRT Ping Shan.  Dan ternyata di dekat stasiun LRT ini ada sebuah sekolah bernama Madrasah Faizan -e- Auliyah Allah yang merupakan musalah atau masjid warga etnis India dan Pakistan di kawasan Yuen Long. Kami sempat bercakap=cakap dengan imam musollah ini yang  menjelaskan bahwa selain slat 5 waktu di sini juga diadakan salat Jumat walau dengan kotbah bahasa Urdu. 

Stasiun MRT Yuen Long | Dokpri
Stasiun MRT Yuen Long | Dokpri

Dari stasiun LRT Ping Shan ini, kami kemudian naik LRT menuju ke Stasiun MRT Yuenlong dan akhirnya kembali ke pusat keramaian di kawasan Kow Loon. Sebuah pengembaraan yang menyenangkan melihat sekilas seribu tahun sejarah Hong Kong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun