Malam sudah menggelayut di Bandung, dan kami memutuskan untuk menikmati makan malam di kawasan Dago Atas sambil menikmati pemandangan dan suasana Lebaran yang masih sangat terasa. Â
Rasanya belum puas menikmati aroma kota ini. Namun kami memang harus kembali ke Jakarta dengan berbagai alasan, salah satunya untuk mencegah terjebak dalam puncak arus balik beberapa hari lagi.
Sekitar pukul 7.45 malam, kami meninggalkan kawasan Dago Atas dengan jalan-jalan nya naik turun dan sangat-sangat sempit. Arus lalu lintas lumayan ramai di Kota Bandung, perlu waktu sekitar 30 menit untuk mencapai ujung jalan layang Suropati dan kemudian langsung menuju pintu tol Pasteur.Â
Perjalanan juga kembali merayap mala mini. Mirip dengan suasana setiap akhir pekan walau kalau menurut kata dalam Bahasa Jerman hari Rabu adalah Tengah Minggu alias Mittewoch.
Singkat kata waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 menit ketika memasuki pintu tol Pasteur dan kemudian arus lalu lintas berjalan dengan kecepatan normal dan lancar di Cipularang menuju arah Jakarta. Â
Hujan rintik mulai membasahi ketika sampai di sekitar kilometer 110, namun kemudian terlihat bahwa kedua sisi jalan masih licin karena bekas hujan. Lalu lintas makin ramai walau belum ada kemacetan. Â Kendaraan masih bisa melaju sekitar 60 Km/jam sampai memasuki sekitar KM 84-85. Â
Walaupun begitu sudah tiga rest area yang kami lewati, yaitu di KM 125, KM 97, dan KM 88. Semuanya sudah terlihat sangat ramai, bahkan di KM 97, banyak kendaraan yang tidak bisa masuk ke area rest area dan memilih parkir di tepi jalan tol.  Lalu lintas sedikit tersendat di sebelum  rest area tadi.Â
Sekitar KM 82-an, kendaraan mulai tersendat, sesekali bergerak dengan kecepatan 20-30, kemudian sejenak berhenti dan kemudian berjalan lagi dengan kecepatan sekitar10 Km/jam. Â
Suasana sedikit macet ini berlangsung sekitar hampir 20 menit sampai akhirnya berakhir di persimpangan jalan menuju Jalan Tol Cikampek II Selatan di KM 76 sekitar Gerbang Tol Sadang.
Di kawasan ini banyak polisi yang bertugas dan jalan sedikit menyempit sehingga seakan-akan membentuk bottle neck. Di sini juga banyak rambu yang menganjurkan kendaraan golongan I namun bukan type sedan untuk mengambil jalur alternatif fungsional melalui Tol CIkampek II Selatan bila jalur utama menuju Dawuan sangat padat. Â Namun malam itu jalur alternatif ini tidak dibuka karena mungkin jalur utama belum terlalu padat.
Selepas Km 75, jalan kembali lancar hingga bertemu dengan arus utama dari arah timur. Ternyata dari arah timur sudah diberlakukan kontra flow satu jalur saja. Sehingga terlihat satu jalur kendaraan ada di sebelah kanan, Menuju Jakarta namun mengambil jalan yang menuju timur. Â
Kendaraan lumayan padat namun belum terjadi hambatan berarti kecuali sekitar rest Area Km 62. Â Akhirnya, kami memilih untuk mampir sejenak di Rest Area Km 62 yang walaupun sangat ramai, namun masih bisa menampung beberapa kendaraan yang akan masuk. Di sini kami sekedar istirahat sekitar 20 menit saja. Â Â
Di sekitar Km 58 arus kendaraan kembali tersendat, mungkin karena ada rest area Km 57. Kendaraan terus merayap lancar dengan kecepatan sekitar 40-60 km hingga mencapai Km 47.Â
Di sini kita bisa memilih naik jembatan Layang MBZ atau lewat jalur bawah saja. Â Namun mengingat suasana di jalan bawah sudah tidak terlalu padat, kami memilih lewat jalur bawah. Jalur jalan tol Cikampek yang jalannya paling tidak nyaman karena banyak bergelombang.
Sekitar pukul 23.20 malam, baru kami sampai di pintu tol Bekasi Barat dengan total waktu perjalanan dari pintu tol Pasteur sampai keluar di pintu tol Bekasi Barat memakan waktu sekitar 2 jam  50 menit saja termasuk sedikit beristirahat di Rest Area.
Singkatnya perjalanan arus balik Bandung Jakarta mala mini lumayan lancar dan aroma kemacetan belum terlalu terasa. Â Bahkan sedikit lebih lancar dibandingkan arus minggu malam di akhir pekan.Â
Namun dapat dipastikan bahwa arus balik akan semakin padat dan mencapai puncaknya pada 6-8 Mei nanti. Karena itu, bagi sobat yang ingin balik ke Jakarta, baik dari arah Bandung maupun Timur, mesti mempersiapkan diri dan kendaraan lebih baik.Â
Selain siap dengan kartu tol yang sudah cukup saldonya, siap dengan BBM yang selalu diusahakan penuh sebelum masuk tol dan segera mengisi jika mungkin dan tentunya juga siap untuk menghadapi rest area yang mungkin akan berjubel sehingga tidak bisa lagi menampung kendaraan.
Berdasarkan pengamatan selama arus balik kemarin yang masih lumayan lancar, ada bahaya laten yang selama ini menjadi momok bagi pemudik, yaitu rest area.Â
Sebagaimana dimaklumi, dalam perjalanan jauh, baik pengemudi mau pun kendaraan perlu sejenak beristirahat. Pengemudi dan penumpang perlu mampir ke toilet atau juga ibadah di musala, sementara kendaraan mungkin perlu isi BBM.Â
Namun kapasitas rest area di sepanjang jalan tol umumnya dirancang dengan kapasitas kendaraan dalam waktu norma. Tentu saja pengelola jalan tol tidak bisa menyediakan terlalu banyak rest area karena tidak akan ekonomis sewaktu situasi jalan normal. Â Siapa yang akan membangun, siapa yang akan menyediakan fasilitas penunjangnya,
Namun ada baiknya perlu dipikirkan adanya kawasan terbuka hijau di kedua sisi jalan tol yang bisa dijadikan rest area tambahan bila diperlukan dalam antisipasi masa libur panjang seperti akhir pekan dan tentunya mudik lebaran. Â
Rest Area tambahan ini bisa dilengkapi dengan peralatan yang 'mobile' baik toilet mobile, musala mobile dan termasuk juga gerai makanan yang mobile.
Selain itu bisa juga bisa dilengkapi dengan fasilitas yang  mudah dibongkar pasang sehingga hanya akan ada dan tersedia di saat permintaan meningkat seperti waktu mudik lebaran ini.Â
Secara ekonomi mungkin belum masuk dalam hitungan, namun bisa saja memberdayakan potensi penduduk di sekitar dan memberikan kesempatan kerja atau berusaha untuk sementara.
Salam Kompasiana.
5 Mei 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI