Nama taman ini adalah Generalife yang konon berasal dari bahasa kata 'Jaridnes del Alarife' atau Kebun Arsitek. Â Selain taman , tempat ini juga dilengkapi dengan berbagai bangunan baik untuk para sultan maupun sultanah.
Mengunjungi taman ini, mata dan telinga akan sangat dimanjakan sehingga hilang sudah Lelah setelah beberapa jam mengembara di Alhambra.
Kini tiba waktunya untuk kembali ke Estacion de Auto bus untuk mengejar kembali bus terakhir ke Cordoba.
Kami kemudian berjalan kaki menuruni kompleks Alhambra yang ada di  bukit Sabikaki.  Senja sudah mulai menggelantung dan dari kejauhan tampak bangunan dan istana-istana di Alhambra yang berwarna kemerahan.  Tidak mengehrnkan bila kata Alhambra memang kemungkinan besar berasla dari kata Hamar yang berarti merah. Dengan bus kami kemudian menuju ke Terminal Bus Granada.
"Jangan menangis seperti serang perempuan untuk apa yang tidak bisa kamu pertahankan sebagai lelaki," demikian pikiran saya melayang mengenang kata-kata yang diucapkan oleh ibunda Sultan Muhammad XII ketika mereka harus menyerahkan Granada kepada penguasa Castilla dan Aragon pada 2 Januari 1492. Tanpa darah, tanpa perlawanan.
Perjalanan ke Granada ini pula yang banyak memberikan spelajaran bahwa sejarah akan terus bergulir dan kekuatan serta penguasa akan selalu silih berganti. Yang kuat akan melindas yang lemah tidak peduli siapa pun mereka.
Malam sudah larut ketika bus  tiba di Cordoba, Sebuah hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan mengembara melihat jejak peninggalan Islam paling tersohor di Andalusia.
Granada Februari 1997
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H