Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jeruk Andalusia dan Kisah Tempat Ibadah yang Berubah dari Lelaki Menjadi Perempuan

20 April 2022   08:13 Diperbarui: 20 April 2022   08:20 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berkunjung ke La Juderia de Cordoba, kami sudah sering melihat Menara El Mezquita dari kejauhan. Setelah mampir ke kawasan Romawi di sekitar Sungai Guadalquivir di pagi hari, baru siang ini kami sempat berkunjung ke sini, melihat kembali sebuah tempat ibadah yang berubah fungsi sesuai pergantian zaman dan penguasa. Lagi pulah Masjid Agung Kordoba inilah yang menjadi alasan utama jauh-jauh mampir ke Andalusia.

Dari La Juderia, kami berjalan menuju El Mezquita dengan patokan menara yang lumayan tinggi dan akhirnya sampai di Calle de Torrijos di salah satu sisi bangunan El Mezquita,  dan melalui sebuah pintu kami masuk ke halaman yang luas.  Halaman ini disebut Patio de los naranjos yang ditandai dengan banyaknya pohon jeruk dengan buah yang berwarna kuning kemerahan.

Pohon jeruk ini sebenarnya banyak dijumpai di tepi jalan di Cordoba dan buahnya juga sering berjatuhan di tepi jalan. Karena rasa penasaran saya pernah mencoba mencicipi  jeruk ini, namun rasanya yang sangat masam dan pahit membuat jeruk ini memang tidak cocok untuk dimakan langsung.  Menurut informasi, jeruk yang banyak ditanam di tepi jalan di seantero Cordoba ini diekspor ke Inggris untuk dijadikan selai.

Jeruk di Patio de Los Naranjos: spain.info
Jeruk di Patio de Los Naranjos: spain.info

Jeruk Cordoba ini ternyata bukan asli berasal dari Cordoba atau Andalusia.  Buah ini dibawa oleh orang Arab yang di Spanyol disebut Los Moros pada sekitar abad ke X atau XI dan tumbuh subur di cuaca Andalusia yang relatif hangat.  Di Patio de los Naranjos sendiri, jeruk mulai ditanam sekitar abad ke 12 atau 13.  Walau dibawa oleh orang Arab, jeruk berwarna kuning keemasan ini sesungguhnya juga bukan berasal dari tanah Arabia, melainkan dari negeri Tiongkok.

Begitu melangkahkan kaki masuk ke dalam El Mezquita, pemandangan yang unik langsung terpampang di hadapan. Pemandangan yang selama ini hanya  pernah disaksikan di buku pelajaran Bahasa Spanyol saya dan kartu pos yang kemarin saya beli di La Juderia. 

Deretan pilar atau tiang yang khas dengan dua susun lengkungan di atasnya   berbaris rapi dan teratur dengan harmoni yang indah, memberikan nuansa dan rasa damai.  Dua susun lengkungan ini, yang di bawah berbentuk tapal kuda dan yang di atas berbentuk setengah lingkaran, memberikan kekuatan struktural yang lebih sehingga mampu menopang atap yang lebih tinggi.

Kombinasi bata  merah kecokelatan  dan batu putih kekuningan yang ada pada lengkungan tersebut menjadi ciri khas El Mezquita. Saya membayangkan di tempat ini, lebih 1000 tahun yang lalu, ribuan Jemaah melakukan ibadah salat di antara deretan pilar dalam ruangan yang disebut hypostyle hall karena dipenuhi dengan tiang. Ruangan ini juga sering disebut sebagai hutan tiang.

Saya berjalan sambil sesekali membaca leaflet yang saya ambil ketika membeli tiket masuk untuk mengetahui  sekilas sejarah Masjid Katedral ini. Ketika Islam mulai mengusai Andalusia pada 711, Abdurahman I, penguasa yang datang dari Dinasti Ummayad di Damaskus kemudian  membangun masjid  dalam ukuran asli yang lebih kecil.  

Sebelum dibangun masjid, sebelumnya pernah berdiri sebuah basilika yang dibangun kaum Visigoth dan juga tempat ibadah bangsa Romawi.  Dalam sejarahnya masjid ini mengalami beberapa kali perluasan dan juga pembangunan menara hingga mencapai luas yang sekarang ini.

Mihrab: Khanacademy.org
Mihrab: Khanacademy.org

Kami terus berjalan menyusuri hutan tiang. Sementara di sekeliling sisi bangunan terdapat deretan kapel atau gereja kecil untuk umat Katolik beribadah.  Hingga akhirnya kami sampai di sisi selatan masjid tempat terdapat Mihrab dan Maqsura.   

Mihrab masjid ini masih dijaga keasliannya dan keindahannya masih dapat dinikmati dengan sempurna hingga saat ini. Warna kuning keemasan dan  hiasan kaligrafi mendominasi dinding dengan pintu berbentuk lengkung dengan ruangan yang lumayan luas di balik pintu ini.  

Di atas mihrab, ada sebuah kubah kecil diterangi cahaya sinar keemasan yang masuk meneranginya.  Sejenak berada di sini, kita seakan-akan kembali ke masa kejayaan Islam di bumi Andalusia.  

Namun, ketika kemudian melangkah menuju bagian tengah bangunan, kita seakan-akan diterbangkan ke dunia lain. Di hadapan, terpampang interior sebuah katedral yang  megah dan indah.  Dengan langit-langit yang jauh lebih tinggi dari bangunan masjid yang mengelilinginya, sangat terasa nuansa perbedaannya. 

Deretan patung, lampu kristal, altar dan dan segala pernak-pernik ada di sini.  Inilah Capilla Mayor atau kapel utama dari La Catedral de la Asuncin de Nuestra Seora, nama resmi Katedral yang sering diesbut La Mezquita-Catedral ini.

Katedral di tengah masjid ini mulai dibangun pada abad 16 walaupun  sejak abad ke 13, ketika Ferdinand III berhasil mengalahkan Kalifah Almohad, masjid sudah berubah fungsi menjadi katedral sesuai perubahan kebijakan penguasa.   

Perjalanan sekitar satu jam di dalam masjid telah membawa kami napak tilas sejarah selama lebih seribu duaratus tahun dan melihat pergantian zaman dan penguasa yang juga menyebabkan pergantian fungsi suatu tempat ibadah menjadi tempat ibadah lain. Dulunya tempat ibadah orang Romawi, kemudian berubah menjadi basilika,masjid, dan kemudiani katedral. 

Kami kembali berada di Patio de Los Naranjos untuk menikmat keindahan pohon-pohon jeruk yang dengan buahnya yang kuning keemasan. Di sini juga ada beberapa air mancur yang dulunya digunakan sebagai tempat wudu.

Bukan hanya bangunan utama El Mezquita yang berubah fungsi, bahkan menaranya yang dulu digunakan untuk azan memanggil Jemaah untuk salat, kini menjadi Menara lonceng katedral yang berdentang pada waktu-waktu tertentu,

Masjid Besar di Cordoba ini sudah berubah menjadi Katedral hamper 800 tahun lalu, namun karena nama El Mezquita yang secara harfia berarti Masjid masih dipertahankan, maka sering membuat sebagian orang menjadi salah tafsir.  Nama lengkap bangunan ini sekarang adalah La Mezquita-Catedral de Cordoba. 

Dalam Bahasa Spanyol, El Mezquita mempunyai jender maskulin, sementara La Catedral- Mezquit adalah feminin.

Demikianlah, sekelumit kisah bangunan yang berubah dari lelaki menjadi perempuan seiring pergantian zaman.

Cordoba, Februari 1997

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun