Bahkan ada juga yang berkomentar bahwa ini adalah azab buat Ade Armando dengan menyitir pepatah klasik Siapa yang menabur angin akan menuai badai.  Mungkin Ade Armando yang sering tampil dengan pernyataan yang kontroversial dianggap menabur angin dan kali ini dia menuai badainya.
Namun pada saat yang bersamaan ada juga yang berpendapat bahwa Ade Armando sesungguhnya ingin mengambil keuntungan dari demo ini. Dia memang sengaja pasang badan agar dianiaya sehingga ada opini bahwa demo mahasiswa ini memang tujuannya berbuat rusuh.
Bahkan disinyalir bahwa aksi saling lempar dan rusuh terjadi setelah peristiwa penganiayaan Ade Armando dan beliau diamankan polisi. Bahkan 6 orang polisi ikut menjadi korban luka karena aksi massa.
Nah siapakah dalang dan apa penyebab Ade Armando dianiaya. Apakah sudah direncanakan atau aksi spontan massa yang melihat mangsa berkeliaran di depan Gedung DPR? Tentunya kita sebelum bisa menentukan dan menunggu penyelidikan polisi lebih lanjut. Konon beberapa orang yang menjadi provokator penganiayaan juga sudah tertangkap.
Namun untuk mencoba menjawab pertanyaan di atas ada baiknya menelaah beberapa kemungkinan:
Kemungkinan pertama adalah bisa saja kasus penganiayaan Ade Armando memang merupakan sebuah drama. Hal ini banyak dikemukakan oleh kelompok yang sinis dan skpetis terhadap penguasa. Menurut mereka, demo mahasiswa kali ini benar-benar murni suara hati mahasiswa. Seandainya demo berjalan mulus tanpa insiden, maka mahasiswa dan kelompok yang tidak suka kepada penguasa akan mendapat nama baik. Jadi ada kelompok yang mencoba bermain drama dengan skenario Ade Armando menjadi korban penganiayaan yang sudah direkayasa. Â Kalau kita coba pertimbangan dengan logika yang lebih menyeluruh dan obyektif, skenario ini sebenarnya sangat kecil kemungkinannya. Â Selain kurang bijak, ini juga sangat berbahaya karena memainkan amuk massa. Sebagaimana diketahui dalam sejarah kerusuhan dan psikologi massa, banyak sekali peristiwa yang melibatkan massa akan sulit dikendalikan. Â Dan belum tentu Ade Armando setuju untuk dijadikan bulan-bulanan yang mungkin saja bisa berakibat sangat fatal. Â Skenario ini mirip dengan kasus Ratna Sarumpaet dulu. Â
Kemungkinan kedua adalah kejadian spontan karena secara tidak diduga Ade Armando muncul dihadapan para pendemo. Â Sebagaimana diketahui, sebagian besar pendemo dan pendukungnya tentu saja ada pada kubu yang berseberangan dengan Ade Armando yang terkenal sebagai buzzer Jokowi. Â Walau dalam kasus ini Ade Armando menyuarakan bahwa dia tidak setuju dengan wacana 3 periode , dirinya sudah terlanjur kondang sebagai pendukung garis keras Jokowi. Â Ade Armando muncul di tempat dan waktu yang salah. Dia akhirnya menjadi tempat pelampiasan amarah dan ketidaksenangan massa terhadap kebijakan pemerintah selama ini. Untung cepat diselamatkan polisi sehingga tidak fatal. Â
Lalu siapa dalangnya? Â Kemungkinan besar dalangnya adalah Ade Armando sendiri yang salah perhitungan dengan muncul di tengah massa. Wajahnya sudah sangat terkenal. Dia mungkin mengharapkan akan mendapat dukungan massa karena ikut mendukung demo. Ade Armando juga sudah menyatakan tidak setuju dengan wacana 3 periode dan penundaan pemilu. Singkatnya dia mungkin ingin mendapat dukungan dan tidak menjadi musuh bagi kelompok yang selama ini memusuhi dirinya. Â Namun dia salah besar. Massa sudah mengidentikkan Ade Armando sebagai perwujudan Jokowi dan sosok penguasa saat ini. Ketika dia muncul maka akan ada pihak yang tidak bisa menahan diri untuk menggunakan kekerasan. Apalagi dalam suasana yang memang selalu hangat dan panas seperti demo. Â Mungkin sebagian anda tidak setuju kalau disimpulkan bahwa dalangnya adalah korban sendiri. Walau sebenarnya dia tentunya tidak ingin dianiaya. Â Â
Walau pun demikian, siapa pun tidak boleh menghakimi pihak mana yang menjadi dalang.  Biarlah nanti penyelidikan pihak yang berwenang akan menentukannya. Kita hanya bisa berpendapat.  Semoga semuanya  nanti akan  menjadi jelas dan tidak akan ada lagi demo yang sia-sia yang hanya menghabiskan waktu dan menguras tenaga sementara umat Islam sendiri masih dalam suasana bulan Ramadan.
Bukankah kita semua lebih baik beribadah dan sama -sama berdoa agar Indonesia menjadi lebih baik ke depan. Dan seandainya ada benturan kepentingan dan perbedaan pendapat, semuanya dapat dirundingkan dengan cara yang baik dan elegan.
Penganiayaan dan kekerasan bukan lah cara yang beradab. Siap pun yang menggunakan cara itu tentunya tidak dapat dibenarkan.