Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Paris Bonne Nuit

2 April 2022   13:06 Diperbarui: 2 April 2022   13:13 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sebuah kisah nostalgia yang akan coba dikenang kembali. Sebuah perjalanan di abad lampau.  Sekitar Februari atau Maret 1997. Perjalanan ke negeri Eropa Bersama keluarga dengan dua anak yang masih belum genap berusia 7 dan 3 tahun,  Kebetulan kami sempat mampir di berbagai kota di tiga atau empat negara yaitu Perancis, Spanyol, Inggris dan Skotlandia. 

Kala itu sudah ada visa Schengen untuk negara-negara Eropa. Visa Schengen mulai berlaku pada 1995 dan hanya mencakup 7 negara yaitu Portugal, Spanyol, Jerman Belgia, Belanda, Luxembourg dan Perancis,  Nah Visa Schengen yang akan kami ajukan mencakup dua negara yang akan dikunjungi yaitu Perancis dan Spanyol, sementara untuk Inggris dan Skotlandia, tentu saja cukup mengajukan visa UK di kedutaan Inggris.  Skotlandia sendiri bisa dianggap satu negeri terpisah kalau dalam pertandingan sepakbola saja, karena dalam hal lain menjadi satu dengan Inggris, Wales dan Irlandia Utara dalam United Kingdom atau Great Britain alias Britania Raya.

Ada hal cukup dramatis ketika mengajukan visa Schengen ini, kami pertama kali mengajukan ke Kedutaan Spanyol karena rencana tinggal di Spanyol lebih lama yaitu di Madrid dan Cordoba, sementara kunjungan ke Perancis mungkin lebih singkat karena hanya ke Paris.   Namun di kedutaan Spanyol disarankan untuk mengajukan visa di Kedutaan Perancis saja karena tujuan pertama adalah Perancis dan sesuai tiket Jakarta Paris dengan Air France. 

Akhirnya dari Kedutaan Spanyol di perempatan Jalan Sabang dan Kebon Sirih, kami bergegas ke Kedutaan Perancis di Jalan Thamrin, menyerahkan paspor di sekuriti untuk diperiksa dan karena ada persyaratan yang kurang harus kembali lagi esok.   Namun ketika kami sudah berjalan beberapa saat baru sadar bahwa paspor kami tidak ada dan kemungkinan tertinggal di kedutaan Perancis.   Kami bergegas kembali ke kedutaan dan untungnya paspor kami masih disimpan di petugas sekuriti. Rupanya tadi lupa dikembalikan sementara kami telah cepat pergi.

Perjalanan ke Eropa dimulai dan ini pertama kali si kecil ikut dalam perjalanan yang lumayan jauh.  Jakarta Paris via Singapura. Jakarta Singapura hanya sekitar satu setengah jam, setelah transit sekitar satu jam, penerbangan lebih 14 jam dimulai menuju jantung Eropa. Bandara Charles de Gaulle di Paris.

Seperti biasa, kalu itu, reservasi hotel tidak pernah menjadi syarat untuk mengajukan visa. Sesampainya di bandara Charles de Gaulle ada telepon khusus untuk menelepon ke hotel dan melakukan reservasi. Kita bisa menanyakan harga dan lokasi serta bila sudah cocok bisa menanyakan pilihan transportasi untuk menuju hotel.  

Akhirnya kami memilih sebuah hotel di pusat kota Paris, tidak jauh dari Gedung Opera yang terkenal dengan kisah 'Phantom of the Opera".  Hotel ini mungkin merupakan hotel bintang 3 dengan harga yang tidak terlalu mahal pada waktu itu. Untuk ke hotel, karena kami berempat lebih baik menggunakan taksi walau bisa saja menggunakan bus atau metro yang lebih ekonomis,   Sopir taksi kebetulan orang Perancis etnis Tionghoa yang cukup ramah dan ongkos dari Bandara ke hotel sekitar 260 Franc Perancis.  Waktu itu belum ada mata uang Euro sehingga setiap negara doi Eropa masih menggunakan mata uang masing-masing. Mata uang Franc sendiri dapat dibeli di money changer di Jakarta.

Perjalanan ke hotel dar bandara cukup jauh dan menembus kemacetan kota Paris di pagi hari.  Sekitar 45 menit atau satu jam, taksi pun sampai di hotel di jalan yang tidak terlalu lebar bernama Rue Monsigny.   Hotel ini terletak di sebuah bangunan kuno, sebagaimana kebanyakan bangunan di pusat kota Paris yang seragam dan memiliki lima atau 6 lantai. Kebetulan kamar kami di lantai 5 dan memiliki balkon yang terbuka sehingga bisa menikmati pemandangan kota Paris.   Lokasinya juga cukup strategis dekat dengan Gedung Opera Garnier yang hanya sekitar 450 meter dan dapat di tempuh dengan berjalan kaki saja. 

Setelah beristirahat sejenak karena Lelah sesudah perjalanan Panjang, siang atau menjelang sore baru kami sempat jalan-jalan menikmati kota Paris. Tujuan pertama tentu saja Gedung Opera. Dan untuk pergi ke tempat yang lebih jauh bisa dengan bus atau juga metro. Kebetulan ada beberapa stasiun metro yang dekat dengan hotel. Salah satunya adalah stasiun Quatre Septembre yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari hotel.  Konon nama stasiun ini digunakan untuk memperingati kejadian pada 4 September 1970 ketika Napoleon III jatuh dan Republik Perancis yang ketiga didirikan. 

Salah satu pintu masuk Metro Paris: Dokpri
Salah satu pintu masuk Metro Paris: Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun