Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

8 Riak Kehidupan yang Terkuak dalam "Lewat Jam Malam"

1 April 2022   09:34 Diperbarui: 1 April 2022   09:40 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional, Usmar Ismail Cinema Society menggelar acara nonton bareng beberapa film klasik karya Bapak Film Indonesia, seperti Darah dan Doa dan Lewat Jam Malam di bioskop  Metropole XXI  di Kawasan Menteng mulai 29 Maret hingga 2 April 2022.

Karena saya sudah menyaksikan film Darah dan Doa di Museum Penerangan di Taman Mini Indonesia Indah Sabtu lalu, akhirnya saya memilih untuk menyaksikan Lewat Jam Malam pada 31 Maret 2022 kemarin. 

Beranda Bioskop : Dokpri
Beranda Bioskop : Dokpri

Film ini sangat menarik sejak awal hingga akhir sehingga durasi sekitar 1 jam 41 menit sama sekali tidak terasa dan kita akan diajak kembali merasakan suasana Indonesia atau khususnya kota Bandung pada akhir perjuangan fisik sekitar tahun 1949.  

Berikut beberapa sisi kehidupan yang dapat diamati setelah menonton film ini:

1. Tidak mudah bagi para pejuang yang selama bertahun-tahun hidup bergerilya di medan pertempuran untuk kembali menjadi masyarakat sipil. Hal ini dikisahkan melalui tokoh utama, Iskandar yang bahkan tidak bisa menjadi pegawai ketika dimasukkan bekerja di kantor gubernur di Gedung Sate. Baru bekerja setengah hari langsung berkelahi dan akhirnya berhenti.

2. Film ini juga menguak sisi gelap perjuangan yang diwakili oleh sosok Gunawan. Gunawan yang memerintahkan Iskandar untuk membunuh orang-orang yang dianggap penghianat, namun dia kemudian mengumpulkan harta korban yang kemudian digunakan untuk menjadi modal perusahaannya.

3. Persaingan antara perusahaan asing (Belanda) dan lokal yang juga diwakili oleh sosok Gunawan.  Dia bahkan ingin merekrut Iskandar yang menyarankan untuk mengajak mantan anak buahnya untuk meneror pejabat di perusahaan asing yang menjadi pesaing Gunawan.  Namun Iskandar menolak dan akhirnya ditemani Puja malah menembak Gunawan.

4. Budaya Barat yang cukup dominan dalam film ini.  Dalam film ini kita melihat bagaimana Iskandar selalu memakai dasi dan juga Gunawan dan bahkan memakai pakaian jas dan dasi sewaktu bekerja. Demikian juga dengan pejabat di kantor gubernur.   Bahkan Norma dan teman-temannya juga merayakan pesta menyambut kembalinya Iskandar, sang kekasih sekaligus pahlawan dengan pesta dansa yang meriah

Salah satu adegan ketika Puja membeli Lotere
Salah satu adegan ketika Puja membeli Lotere

5. Hadirnya sosok Laila, perempuan desa yang harus menjual diri namun memiliki obsesi akan barang-barang mewah yang dikumpulkan melalui kliping dari majalah Amerika dan berharap suatu saat akan ada lelaki yang membelikan barang-barang tersebut. Dahlia sendiri harus menjalani hidup seperti ini karena ditinggal oleh suaminya.  

Nasibku yang Malang

Air mata berlinang

Dirundung malang.

Demikian lirik lagu yang kerap dinyanyikan Laila dengan nada seriosa nan sendu menyayat hati.

6. Nilai Rupiah yang masih sangat tinggi.  Dalam film ini, kita dapat menyaksikan nilai  Rupiah yang lumayan tinggi.  Gunawan saja bermaksud memberikan upah kepada Iskandar dengan hanya beberapa ribu Rupiah.  Sementara ketika Norma berbelanja kue-kue untuk keperluan pesta di Kawasan Braga, sempat terlihat stoples berisi kue dengan harga hanya Rp. 1,50.

7. Hiburan tradisional yang lumayan meriah. Ketika Iskandar dan Puja selesai menghabisi Gunawan, mereka sempat bingung dan kemudian kabur menjelajah tempat hiburan rakyat berupa pasar malam di mana terdapat komedi putar yang sederhana serta orang-orang yang menari   ngibing dan jaipongan.  Namun pada waktu itu jaipongan sendiri mungkin belum lahir.

8. Lotere dan judi :  Dalam film ini juga digambarkan Puja yang kecanduan main judi serta sering kali membeli lotere yang dijual oleh serang bocah di tempat Puja suka main bilyar. 

Untuk pembaca yang ingin menyaksikan film-film karya Usmar Ismail, mungkin masih bisa menyaksikan sampai 2 April mendatang di Bioskop Metropole XXI.

Selamat Hari Film Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun