Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Lima Mutiara yang Saya Persembahkan Kembali kepada Bangsa Indonesia

11 Maret 2021   11:13 Diperbarui: 11 Maret 2021   11:22 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pancasila, sumber: background.id

Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara yang dipandang sakral oleh Bangsa Indonesia. Menurut sejarah, Pancasila merupakan warisan bangsa Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu kala, merupakan nilai-nilai luhur yang kemudian dirumuskan dan disahkan sebagai dasar negara dan hingga saat ini menjadi ideologi yang tetap dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menguraikan sejarah panjang lahirnya Pancasila, ada baiknya kita membagi dalam beberapa episode atau fase yang dimulai dengan fase pembuahan pada sekitar tahun 1920-an, lalu diikuti dengan fase perumusan yang merupakan puncak sejarah lahirnya Pancasila yaitu pada saat sidang BPUPKI pada Mei sampai Juli 1945, dan fase pengesahan dengan dicantumkannya Pancasila pada pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945.

Sejarah Pancasila yang kita kenal sekarang ini berawal dari periode ketika para perintis kemerdekaan mulai mencari konsep dan ideologi yang akan dianut oleh Indonesia bila merdeka nanti. Mereka pada umumnya sepakat bahwa Indonesia nanti akan menjunjung tinggi beberapa asas yang dianut oleh beberapa golongan yang memperjuangkan kemerdekaan. 

Beberapa prinsip yang menjadi bahan pertimbangan untuk ideologi Indonesia masa depan meliputi persatuan atau nasionalisme, solidarisme, non kooperasi, dan juga kemandirian.  Prinsip-prinsip ini umumnya dianut oleh golongan nasionalis seperti Indische Partij, golongan Islam dengan kemandirian, golongan komunis dengan sifat non kooperasi.  Sementara tokoh besar yang sering dijuluki Guru Bangsa, yaitu HOS Tjokroaminoto juga sering menggaungkan prinsip solidaritas.

Gerakan pada era tahun 1920-an ini kemudian mencapai puncaknya dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928. Sementara Bung Karno sendiri sering menuangkan gagasan-gagasannya melalui tulisan di media. Salah satunya yang terkenal adalah esai berjudul Islamisme, Nasionalisme , dan Marxisme.  Terbukti tiga ideologi inilah yang nantinya terus melebarkan pengaruh dalam kehidupan politik baik sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka.

Pada saat menjelang akhir kekuasaan Jepang di Indonesia, Perdana Menteri Jepang Kuniaku Koiso, memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dalam sidang istimewa Teikoku Henkai ke-85 di Tokyo pada 7 September 1944.

Untuk mewujudkan janji ini kemudian dibentuk Dokoritsu Zyumbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada 29April 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito yang ke 44. 

Dalam Sidang BPUPKI yang pertama pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 inilah dirumuskan berbagai usulan mengenai Dasar Negara. Dimulai dengan tampilnya Muhamad Yamin, Soepomo, hingga Bung Karno.

Pada 1 Juni 1945, Bung Karno membawakan pidatonya yang berjudul Lahirnya Pancasila dan di dalamnya terkandung rumusan Pancasila yang berbunyi:

 1,.Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan

  Dari lima sila ini, Bung Karno juga menawarkan versi lebih ringkas yang dinamakan Tri Sila dimana Kebangsaan dan Internasionalisme diringkas menjadi Sosio nasionalisme, sedangkan Mufakat dan Kesejahteraan Sosial diringkas menjadi Sosio-Demokrasi serta Ketuhanan menjadi Sila yang ketiga,

Buka itu saja bahkan Tri Sila dapat diringkas menjadi Eka Sila yaitu Gotong Royong.

Kemudian untuk membentuk rumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar, Sukarno membentuk Panitia 9 yang pada 22 Juni merumuskan Piagam Jakarta.  Pada Piagam Jakarta inilah dirumuskan pembukaan Undang Undang Dasar dimana terdapat rumusan Pancasila.

Dokumen rancangan ini antara lain berbunyi : "Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan , dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

Rumusan Piagam ini kemudian menjadi kontroversial karena memasukkan unsur satu agama di dalamnya sementara rakyat Indonesia sendiri terdari dari berbagai macam agama.

Akhirnya atas kebesaran jiwa para pendahulu kita, 7 kata dalam Piagam Jakarta dihapuskan dan pada sidang PPKI, 18 Agustus 1945 dirumuskan Pancasila seperti yang kita kenal sekarang ini .

Demikianlah sekilas lintasan sejarah Pancasila beserta dengan sedikit kontroversi mengenai rumusan dan hari lahirnya.

Namun perlu kita catat bahwa Pancasila bukanlah ciptaan Bung Karno. Beliau sendiri mengakui bahwa Pancasila digali dari jiwa rakyat Indonesia sendiri. Bahkan renungan mengenai Pancasila sudah ada ketika Sukarno dibuang ke Ende pada 1934.

Untuk itu mari kita kutip Pidato Bung Karno pada hari peringatan Lahirnya Pancasila.  1 Juni 1964:

"Padahal toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila dari bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu saya persembahkan kembali kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil -- atau lebih tegas penggalian dari Pancasila ini -- adalah pemberian Tuhan kepada saya."

11 Maret 2021

Sumber:

1.Negara Paripurna, Yudi Latif, Gramedia 2011

2.Kisah Pancasila, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun