Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Drama di Tsing Yi: Antara Hongkong dan Jakarta

30 Mei 2020   07:43 Diperbarui: 30 Mei 2020   07:58 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Penandangan dari Victoria Peak: Dokumentasi Pribadi

Skenario Film Pendek

Drama di Tsing Yi: Antara Hongkong dan Jakarta

Para Pemain:
Hendrik Wijaya : Pengusaha , tinggal di Jakarta dan mempunyai bisnis di beberapa negara terutama

Alex Cheung: orang Singapura yang tinggal  di Hongkong , teman kuliah Hendrik sewaktu di Hongkong Polytechnic

May : Pramugari

Peter: Teman Hendrik alumni Hongkong Polytechnic

Vivian: Perempuan yang mengungsi ke Singapura saat kerusuhan 1998 dan kemudian hidup di Hongkong

Babak 1:
Juli 2019 : Terminal 2 D Keberangkatan Premier Lounge : Bandara Soekarno Hatta ,

Hendrik baru saja tiba di premier lounge setelah melewati imigrasi di terminal 2D .
Untuk penumpang kelas bisnis dan juga anggota Marcopolo Club, akses langsung ke lounge memang tersedia dari check in kounter khusus..

Hendrik melirik jam tangannya masih ada sekitar 55 menit sebelum pesawat CX798 boarding untuk tinggal landas menuju Hongkong.

Dia menaruh tas jinjing di kursi lounge dan segera mengambil minuman serta makanan kecil yang tersedia.

Suasana lounge cukup ramai malam itu maklum ada beberapa penerbangan yang waktunya hampir bersamaan seperti Qatar Airways menuju Doha maupun Emirates menuju Dubai .

Dia sejenak bersantai setelah hari yang cukup melelahkan sejak siang di Jakarta .

Selagi bersantai sambil menikmati secangkir kopi tiba-tiba Alex Cheung , menepuk  punggungnya :

Alex: Hi Hendrik , What a coincidence, we are on the same flight.

Hendrik : (sambil berbalik dan kemudian menawarkan Alex duduk di kursi sofa di samping nya)

Hi Alex, What Did you do in jakarta? Kamu tidak bilang mau kalau datang ke Jakarta sebelumnya !  Berapa orang yang jadi confirm reuni kita?

Alex (sambil meneguk jus apel) :  hanya berlima . Kita berdua , Gerard,  Pieter  dan Jimmy.
Aku habis menjenguk orang tua istriku di Jakarta.

Hendrik:  Ya , kita akan napak tilas kembali masa masa indah penuh kenangan baik di kampus Hunghom maupun tempat tempat lain seperti Cheungchau Island , Saikung dan bahkan pantai pantai di selatan pulau Hongkong.

Tiba Tiba  saja pengumuman di lounge meminta penumpang pesawat CX 798 tujuan Hongkong agar segera menuju boarding gate D 21 karena pesawat akan segera diberangkatkan.  
Hendrik melirik jam tangannya : time check 23. 30 WIB .

Hendrik segera menghabiskan kopi dan segera menjinjing tas bawaan mampir menuju ke toilet sebentar dan kemudian menyapa  Alex:

Hendrik: sampai ketemu di pesawat

Alex (mengangguk  sambil terus meneguk minumannya) : Oh yah besok pagi dari bandara aku mampir dulu ke kantor di Tungchung lalu pulang ke Tsing Yi.

Bab 2. penerbangan Cx 798 Jakarta -Hongkong

Pesawat baru saja push back dan kemudian perlahan-lahan taxi menuju landasan pacu 25 L.

Hendrik duduk di barisan kursi paling belakang di kelas bisnis .  Ada beberapa kursi yang kosong di kabin.

Dia menyandarkan kepala di jendela sambil memandang  lampu lampu di bandara ketika akhirnya pesawat pun tinggal landas.

Tidak terlalu banyak kegiatan dalam pesawat terutama karena penerbangan malam sampai dini  hari ini lebih banyak digunakan penumpang untuk beristirahat dan sebagian besar penumpang melanjutkan penerbangan ke mainland China atau bahkan Amerika .
Semenjak marak demo pro demokrasi di Hongkong jumlah penumpang memang jarang penuh.

Selepas tinggal landas  awak kabin mulai melayani penumpang dengan minuman , makanan kecil dan dilanjutkan dengan supper.

Hendrik tidak bisa tidur hingga Ia memutuskan berjalan jalan meluruskan kaki ke bagian tengah dan belakang pesawat yaitu di kelas ekonomi . Kebetulan disinilah Alex duduk .

Namun ketika sedang berjalan di aisle tiba-tiba saja kapten menghidupkan lampu seat belt dan mengumumkan agar seluruh penumpang segera duduk, dan bahkan semua awak kabin diminta segera menghentikan pelayanan dan kembali ke tempat masing -masing dikarenakan pesawat akan melewati daerah turbulensi yang cukup hebat.

Hendrik akhirnya duduk di deretan kursi nomor dua paling belakang yang kebetulan kosong, mengencangkan tali pengaman  ketika pesawat tiba -tiba saja berguncang hebat. Seorang pramugari yang sedang berjalan kembali ke tempat duduknya secara terpaksa duduk di kursi di samping Hendrik dan segera mengencangkan seat belt juga.

Hendrik (menampilkan wajah senang dan ramah) : What a turbulence.!
Pramugari (sambil tetap tersenyum manis) . Ini lumayan guncangannya. Boleh saya sementara duduk disini. Kapten juga menyuruh kami duduk dan menghentikan layanan .

Pesawat terus melaju kencang di antara awan tebal  dan kabin sesekali masih berguncang cukup hebat .

Hendrik mulai memperhatikan penampilan pramugari muda yang diperkirakan berusia 20 tahunan dalam balutan seragam yang membuatnya semakin cantik.

Di dalam hati  Hendrik cukup kaget karena paras wajah pramugari ini mengingatkan akan seseorang dari masa lampau.

Hendrik : (sambil tersenyum dan meletakan majalah ke tempatnya ) :
Hi!  Are you from Hongkong?

Pramugari: (seraya  sedikit tersipu menjawab ) ; Yes Sir

Hendrik sempat mengintip papan nama dan mengetahui nama sang pramugari cantik. Secantik namanya May.

Bahkan dengan keahlian merayu Hendrik bisa mengetahui tempat tinggal sang pramugari .

May : Saya tinggal di Tsing Yi bersama orang tua saya .  

Mereka berdua kemudian terlihat bercakap -cakap sekitar lima menit sampai akhirnya  kapten mematikan lampu seat belt .

May (melepas seat belt dan bangkit berdiri) :  Maaf saya harus kembali ke kursi saya dan  melanjutkan tugas .  Sampai ketemu lagi !

Hendrik pun kemudian kembali ke tempat duduknya di kelas bisnis dan .sejenak tertidur sampai kemudian kapten mengumumkan bahwa pesawat 30 menit lagi akan mendarat di Hongkong International Airport  di Chep Lap Kok ,

Hendrik sejenak mengintip ke jendela luar. Semburat mentari pagi dengan sinarnya yang penuh temaram lembayung sudah menghiasi langit Lantau Island .

Tidak lama kemudian pesawat mendarat dengan mulus .di South Runway dan kemudian taxi untuk parkir di gate 65 .

Bab 3. Airport  express Tsing Yi

Lokasi : Kabin kereta api cepat Airport express yang berlari  kencang dari bandara menuju ke stasiun Hongkong via Tsing Yi dan Kowloon .

Dari pesawat , Hendrik dengan cepat melewati autogate di bandara Hongkong .Cukup dengan scan paspor dan juga sidik jari dia bisa melewati imigrasi dalam waktu kurang dari  satu menit .

Fasilitas ini memang diberikan kepada banyak hong kong frequent visitor termasuk pemegang paspor Indonesia seperti Hendrik .

Dengan cepat Hendrik mengambil bagasi melewati bea cukai yang tanpa memeriksa apa apa kecuali melihat dengan mata penuh selidik ke setiap penumpang yang lewat .

Hendrik langsung menuju ke peron Airport Ekspres yang akan membawanya ke Kowloon Station. Karena dia menang menginap di sebuah hotel di kawasan Tsim Sha Tsui dimana terdapat shuttle bus gratis dari Kowloon Station ke hotel dan sebaliknya .
Menunggu sekitar 2 menit kereta pun tiba . Sebagaimana biasa penumpang tidak terlalu penuh pagi itu .

Ketika Hendrik sedang menaruh bagasi dan mencari tempat duduk tiba tiba saha Peter menegur nya:

Pete (Sambik meninju punggung Hendrik ): Hi Hendrik we are on the same train? You just arrived from Jakarta?

Mereka berdua segera duduk di kursi sebelah kanan . Kereta mulai melaju .

Hendrik (sambil merapihkan tas jinjingnya):  Hi Peter, pesawatmu dari New York juga baru tiba ? Bagaimana bisnisnya di Amerika.

Peter (mengalihkan pandangan ke luar jendela )  :  semua baik baik saja , cuma suasana Hongkong akhir-akhir ini kurang kondusif , demo pro demokrasi sudah berlangsung berbulan -bulan.

Hendrik kamu tidak  terlalu banyak berubah walau kita sudah hampir 17 tahun tidak berjumpa.  Cuma sedikit gemuk saja yah.

Hendrik: (tersenyum kecil sambil membuka dompet dan mengeluarkan kartu nama)

Peter , This is My name Card. Kamu juga tidak banyak berubah, masih ganteng dan awet muda . Sudah berapa anakmu? Apa kuliah di Amerika ?

Peter (menerima kartu nama): istri dan anakku semua di New York . Tapi istriku orang Hongkong juga loh. Oh yah . Ini alamat rep Officeku yang baru di Hongkong. Di Pacific Place dekat stasiun  MTR Admiralty.  Mungkin besok kamu bisa mampir kesana.
(Peter memberikan kartu nama berisi alamat Office tersebut)
Hendrik mengambilnya dan segera menyimpan di dompetnya .
Kereta melaju kencang dan sebentar lagi berhenti di Staisun Tying Yi.

Peter: (sambil berdiri dan bersiap -siap turun dari kereta)
Aku turun di Tsing Yi. Sampai ketemu besok di kantor ku.
Hendrik : See you tomorrow .

Kereta berhenti dan Peter pun keluar . Kereta terus berjalan menuju Kowloon Station .

Babak 4:
Lokasi : Office Peter di Two Pacific Place Hongkong Island

Berpakaian lumayan resmi dengan setelan jas hitam tanpa dasi , Hendrik naik MTR  dari Stasiun Tsim Sha Tsui menuju Stasiun Admiralty

 Hanya berjarak satu stasiun melalui terowongan bawah laut yang menghubungkan pulau Hongkong dan semenanjung Kowloon .
Perjalanan kereta sekitar 8 menit dan kereta pun sampai di Admiralty .
Disini kita bisa pindah ke kereta Island line yang menuju Chaiwan .
Namun Hendrik menuju pintu keluar C2 yang menuju ke terowongan di bawah Queensway langsung ke  Pacific Place .

Di kantor Peter dia sempat diminta  menunggu sebentar di ruang tunggu.

Security: (berjalan menuju Hendrik dan berujar dengan takzim):  Pak silahkan masuk ke ruang meeting, sudah ditunggu pak Peter.

Hendrik: (bangun dari sofa dan mengangguk) Terimakasih.

Hendrik mengikuti security menuju ruang meeting .pintu dibukakan dan Hendrik masuk.

Di ruang meeting ada sebuah meja tidak terlalu besar dikelilingi beberapa buah kursi . Di salah satu kursi Peter duduk dan langsung bangkit berdiri.

Peter: Selamat datang di kantor rep saya yang baru.

Perkenalkan ini Vivian Tan , dia caretaker di kantor ini.

Vivian : (sambil berdiri mengangguk dan mengulurkan tangan).
Nice to meet you Mr. Wijaya .

Hendrik: Terima kasih  Vivian

Di dalam hati Hendrik sedikit kaget karena sesungguhnya wajah dan  bentuk tubuh Vivian tidak asing dan seakan-akan datang dari masa lampau.

Mereka bertiga terlibat percakapan yang lumayan seru dan akrab .

Peter :(bangkit dari tempat duduk) : maaf , kalian lanjutkan pembicaraan, saya permisi ke toilet sebentar.

Vivian dan Hendrik juga bangkit dan kemudian setelah Peter pergi keduanya saling memandang .

Kedua pasang mata saling bertatapan dan secara tidak sadar keduanya saling mendekat dan kemudian Vivian memeluk Hendrik sambil merebahkan tubuhnya di pelukan lelaki itu.

Vivian: Hendrik,  21 tahun sudah aku mencari mu , ternyata engkau ada disini sekarang .

Hendrik : ya 21 tahun sudah .

Babak 5 : Jakarta : Mei 1998 Beberapa hari sebelum kerusuhan Mei

Lokasi di halaman kampus univ Tarumanegara yang bertetangga dengan kampus Trisakti di kawasan Grogol .

Hendrik dan Vivian sedang berjalan di tengah kerumunan mahasiswa yang sebagian sedang bersiap-siap demo

Hendrik (sambil menggenggam tangan Vivian) : situasi semakin panas, di berbagai kota besar seperti Medan dan Solo sudah ada kerusuhan anti Cina.

Vivian: Ya kita tetap harus waspada , kamu tetap akan kuliah atau bahkan ikut berdemo?

Hendrik :  Aku maunya sih begitu. Tetapi papa sudah bilang agar berhati-hari bahkan kalau perlu tidak kuliah atau ikut kegiatan apa saja di luar kampus dalam minggu minggu depan ini.

Vivian: (sambil menutup wajah dengan kedua tangan) ada sesuatu yang mau aku bilang ke kamu.  Aku takut Hendrik.

Hendrik :( sambil memeluk Vivian) Kenapa , tenang saja , aku akan selalu  melindungimu. Apa ini tentang hubungan kita? Apa papa mu tidak setuju?

Vivian : Bukan itu. Aku khawatir aku hamil . Aku sudah terlambat beberapa minggu.

Hendrik(kaget sambil meletakan kedua tangan di dahi): bagaimana mungkin . Tetapi baiklah , kira fikirkan baik-baik dan diusahakan solusi terbaik buat semua .

Vivian: Tapi aku takut, papaku sempat bilang bahwa kami sekeluarga akan mengungsi ke Singapura bila keadaan di Jakarta kian memburuk dalam beberapa hari ke depan.  Kita sudah mempersiapkan tiket dan juga koper untuk berangkat sewaktu-waktu.

Hendrik: Tapi bagaimana dengan hubungan kita dan juga bayi yang ada dalam kandunganmu.

Vivian : (sambil setengah terisak) aku tidak tahu. Biarlah nasib dan Tuhan yang menentukan . Aku harus pulang dulu ke rumah .  Besok kita ketemu lagi di kampus .

Epilog :

The Peak Hongkong : restaurant  the Peak Gallery

Hendrik dan Vivian duduk menghadap sebuah meja . Dua cangkir cappucino dan beberapa kukis  menemani di meja.

Vivian: (sisa sisa air mata masih terlihat di pipi)

Ketika kerusuhan pecah tanggal 12 sampai 14 Mei, rumah keluarga saya di Pantai Indah kapuk dijarah dan dibakar habis.
Kami sekeluarga dapat kabur ke bandara dan sementara mengungsi ke Singapura .

Akhirnya aku pun pindah ke Hongkong dan kemudian tinggal dengan paman di Kawasan pantai selatan di Repulse Bay.

Papa dan mama kemudian pulang ke Jakarta dan Aku terus berusaha mencari kamu, tapi kamu menghilang tiada rimbanya.

Hendrik :  Aku dan keluarga juga sempat mengungsi ke Hongkong.  Aku bahkan kemudian pindah kuliah di Hongkong Polytechnic.

Lalu bagaimana dengan kandungan mu?

Vivian : aku bertekad mempertahankannya . Dia lahir di Singapura tanpa ayah .  kuberi gadis cilik itu nama yang indah . May,

Ketika Ia berusia 5 tahun baru aku menikah dengan Alex Cheung Yang berasal dari Singapura. . Akhirnya kami tinggal di Tsing Yi hingga sekarang .

Hendrik :  Di pesawat aku sempat bertemu dengan pramugari bernama May yang wajahnya mirip denganmu. Dia juga tinggal di Tsing Yi.  

Vivian: Benar , dia lah anak kita . Besok dia akan ku kenalkan dengan kamu.

Hendrik; (bergumam kepada diri sendiri), oh betapa kecilnya dunia. Dan di antara Jakarta dan Hongkong, mengapa semua menuju Tsing Yi?

Selesai

Foto: hongkong , the Peak dokpri

Mei 2020

Mengenang kembali tragedi kerusuhan Mei 1998

Semoga tidak terulang kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun