Icheriseher atau kota tua Baku menjadi tujuan utama kami dalam jalan-jalan di hari pertama di ibukota Azerbaijan, negri nan  cantik eks Soviet yang letaknya di tepi Laut Kaspia.
Berwisata di kota tua ini, kita bagaikan memasuki lorong waktu kembali ke masa lampau. Banyak tempat yang menarik yang sudah dijkunjungi sejak pagi hingga siang hari termasuk Shirvansyah Saray Alias Istana Shirvansyah yang masih memancarkan kemegahan masa lalu Azerbaijan,
Matahari mulai agak condong ke barat, dan tiba waktunya untuk mencari masjid. Berdasarkan peta di gadjet, ada beberapa masjid atau mescidi di kawasan  kota tua Baku.
Namun ketika mengikuti jalannya kita sampai ke sebuah masjid tua yang pintunya tertutup dan tampak sepi.
Akhirnya kita terus berjalan sampai akhirnya bertemu dengan petunjuk jalan menuju ke Cuma Mescidi alias Juma Mosque atau Masjid Jumat.
Dari kejauhan sudah tampak menara tunggal masjid yang lumayan luas cantik walau tampak tidak terlalu besar.. Di sekeliling pagar tembok masjid, ada beberapa kendaraan yang parkir dengan rapih.
Saya kemudian memasuki pintu gerbang untuk masuk ke halaman masjid, Di sebelah kanan ada terdapat tempat wuduh yang lumayan cantik. Suasana masjid lumayan ramai di siang menjelang sore itu.
Namun untuk tempat sholat wanita terdapat di ruang belakang dan melalui pintu lain di samping masjid di dekat menara.
Pintu utama menuju ke ruang dalam terbuat dari kayu berukir yang cantik dengan warna plitur coklat yang menawan. Melewati pintu ini, saya kemudian disuguhi pemandangan interior masjid yang mempesona. Â Yang sangat menarik adalah langit-langitnya yang mengikuti lengkungan dinding dengan sepasang jendela yang berbentuk lengkungan memanjang. Setiap lengkung langit- langit ini membentuk interior kubah yang membentuk pola geomteris berbentuk bunga berwarna gabungan coklat , biru serta hijau kemerahan dengan rona yang mengagumkan.
Langit-langit interior di bawah kubah memiliki  hiasan  dengan pola yang indah lengkap dengan sebuah lampu kristal yang tampak mewah menambah keelokan masjid syiah ini.
Yang lebih membuat masjid ini unik adalah sebuah bendera Azerabaijan yang terpampang megah di atas bendera hitam. Bendera biru merah hijau dengan bulan sabit dan bintang berwarna putih di tengahnya ini lah yang mengingatkan bahwa kita berada di negri Eks Soviet dan bukan di negri para Mullah atau Iran.
Sementar mimbarnya terbuat dari kayu berplitur coklat dengan 5 buah anak tangga yang bertengger dengan manis tidak begiu jauh dari mihrab.
Tidak salah lagi, kita memang berada di Masjid Syiah. Apalagi  di salah satu sudut masjid terdapat sebuah kotak kayu bertuliskan Icheriseher Cuma Mescidi dimana terdapat perlengkapan sholat berupa batu karbala yang bisa digunakan penganut syiah.
Sementara itu pandangan langsung saya lemparkan ke lantai masjid yang ditutupi karpet sajadah berwarnah hijau muda dengan pola pembatas saf berwana kombinasi hitam putih.
Saya kemudian pindah ke bagian lain masjid dimana konon merupakan bagian dari masjid yang lama. Ternyata masjid ini aslinya pertama kali dibangun pada sekitar abad ke 12 dimana sebelumnya merupakan kuil penyembah api yang digunakan oleh penganut agama majusi yang memang merupakan kepercayaan mayoritas masyarakat di Azerbaijan sebelum datangnya Islam.
Namun dalam sejarahnya masjid ini juga pernah melewati masa kelam di jaman Soviet dimana masjid ditutup sebagai tempat ibadah dan difungsikan sebagai Museum Karpet.
Dan ketika restorasi masjid yang diadakan pada 2008 di dinding-dinding masjid ini diukir nama-nama para ahlulbait yaitu Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein.
Puas menikmati keindahan interior massjid, saya kemudian kembali ke halaman dimana di bagian dalam pintu gerbang utama pun terukit asma Allah yang didampingi Muhammad dan Ali.