Sambil duduk di kursi taman, sejenak beristirahat dan menikmati minuman jus delima segar, dua orang perempuan berusia  sekitar 50 tahunan juga duduk di kursi di dekat kami.
Tiba tiba saja seorang di antaranya menegur dan mengajak berbicara dalam bahasa Rusia.
"Otkuda Ti.?, Tanya perempuan itu menanyakan asal kami.
Indonesia , jawab saya sambil tersenyum sekedarnya.
Setelah itu percakapan dilanjutkan dengan cukup menarik setelah mengetahui bahwa kami berasal dari Indonesia. Mereka tadinya mengira kami berasal dari negara Asia Tengah seperti Kyrgistan atau Tajikistan. Itulah sebabnya dia menegur dalam Bahasa Rusia.
Wanita  itu panjang lebar bercerita tentang kehidupan di zaman Soviet dan juga sampai kepada peristiwa di awal abad ke-20 yaitu kisah Genosida Armenia tahun 1915 lalu.
"Armenia adalah negara kristen ortodoks dan kami tidak membenci muslim. Buktinya kami sangat bersahabat dengan Iran atau Persia yang juga muslim. Tapi kami tetap belum bisa memaafkan tetangga muslim kami yang lain yaitu Ottoman alias Turki", demikian tukas wanita tadi.
Nada bicara perempuan itu nampak kian muram dan sedih penuh dendam. Karena itu saya hanya mengangguk dan mendengarkan dengan setia tanpa memberikan komentar apa-apa.Â
Bahkan Saya sempat mengatakan bahwa peristiwa itu sudah terjadi lebih satu abad lalu dan mestinya rakyat Armenia sudah bisa memaafkan rakyat Turki yang tidak tahu menahu soal kejadian tersebut.
Ternyata memang kejadian tersebut dan ketidak harmosian antara Turki dan Armenia yang menyebabkan Turkish Airlines tidak terbang ke Yerevan.
Akhirnya kami pun mohon diri dan kembali menyusuri taman untuk menuju ke Vernissage. Setelah menyebrangi jalan kita mulai masuk ke arena pasar terbuka yang lumayan ramai.