Perjalanan kembali membawa diri ini ke Danau Toba. Walau ini bukan merupakan perjalanan yang pertama namun tetap menarik untuk dikisahkan karena banyak memiliki kejutan dan keberuntungan yang belum tentu diniliki setiap orang.Â
Setelah mendarat di Bandara Silangit dan kemudian berkunjung ke berbagai tempat yang menarik di kawasan bagian selatan danau Toba, kami pun akhirnya merapat ke Parapat, gerbang danau Toba untuk menuju ke pulau Samosir.
Hari itu jumat pagi menjelang siang. Masih ada waktu sekitar satu setengah  jam sebelum Sholat Jumat, kami memulai perjalanan keluar dari hotel dan berjalan kaki menuju ke Rumah Pengasingan Bung Karno.
Dengan santai kami melangkahkan kaki menyusuri jalan kecil mengikuti peta di gadjet. Selain beberapa gerai sovenir, ada juga beberapa hotel dan penginapan yang lokasinya di tepian danau.
Setelah sekitar 10 menit berjalan santai, kami pun sampai di persimpangan yang menuju ke rumah pengasingan  yang ternyata kini berfungsi sebagai tempat peristirahatan  pegawai pemda Sumatera Utara yang berkunjung ke Parapat.
Rumah peristirahatan dengan halaman yang luas ini terletak di sebuah buit kecil sehingga kita harus mendaki puluhan anak tangga atau memutar melalui jalan aspal yang medaki untuk mencapainya.
Saya memilih melewati jalur jalan beraspal  yang memutar halaman  luas dengan banyak pepohonan dan sebuah gazebo cantik di kakinya, Di dekat gedung ini juga ada sebuah bangunan besar yang rencananya akan dijadikan semacam food court makanan halal.
Tidak banyak orang disitu kecuali seorang inang yang menjual makanan dan minuman kecil. Setibanya di bagian depan  rumah telihatlah bertapa cantik rumah atau lebi tepat villa pengasingan ini yang memiliki beranda dengan berberapa tiang model besar berwarna putih.
Untaian kain  merah putih menghiasi balkon dan sebuah tiang dengan sang saka  merah putih yang berkibar gagah ada di halaman muka.
Di pojok halaman juga terdapat sebuah gazebo cantik dengan atap berbentuk kubah datar. Seluruh bangunan menggunakan atap kayu sirap berwarna hitam yang menambah kewibawaan rumah ini sebagai bangunan pemerintah.
Bahkan nama bangunan secara lengkap hanya dapat dinikmati bila kita naik kapal atau perahu dari tepian danau.
Setelah puas menikmati keindahan bangunan dari luar dengan cara mengelilinginya, Saya pun meninggalkan bangunan dan mampir di sebuah warung makan muslim. Masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum sholat Jumat.
Nasib baik sedang berpihak. Ternyata di warung ini kami berkenalan dengan penjaga rumah yang kebetulan sedang makan dengan istrinya. Sambil bercerita Pak Zamzami, demikian namanya berjanji akan mengantar melihat-lihat rumah pengasingan sehabis sholat jumat.
Singkat cerita dengan berbonceng motor kami sholat Jumat di Masjid Raya Taqwa dan seusainya segera kembali menuju ke rumah pengasingan. Dengan  diantar tuan rumah, saya bisa masuk dan dengan puas menikmati keindahan rumah tersebut dari dalam.
Sebagian lantai ditutupi karpet dengan warna yang serasi, Sementara ubin dengan motif klasik masih terhampar rapih di seluruh ruangan. Nampaknya masih asli karena khas ubin dengan motif peninggalan zaman Belanda.
Dinding ruang ini juga ditutupi kayu berplitur coklat tua yang memberi kesan anggun dan mewah. Foto-foto hitam puith tua mengihiasi dinding yang didominasi oleh foto Bung Karno, Haji Agus Salim dan juga Sutan Syahrir.
Namun saat Agresi militer Belanda ke II pada Desember 1948, Bung Karno dkk sempat dibuang ke Brastagi dan kemudian selama tiga bulan berikut diasingkan di Parapat ini sebelum kemudian dipindahkan ke Bangka.
"Namun tidak ada seorangpun pejabat dari Medan yang berani menginap di sini", tukas Pak Zamzami lagi.
Menurutnya rumah ini memang terkenal memiliki penunggu sehingga para pejabat itu hanya mampir sejenak untuk beristirahat dan tidak menginap.
Namun ketika saya tanyakan, ternyata rencana ini belum jelas kapan akan dilaksanakan karena masih terbentur masalah biaya.
Yang tidak kalah menarik adalah sebuah foto Api Asian Games Jakarta Palembang 2018 yang pernah diinapkan di rumah ini dalam perjalanan panjang  keliling Indonesia tahun lalu. Pada foto tersebut tertulis: "Api Asian Games, Pesanggrahan Bung Karno, Parapat  Danau Toba, 31 Juli 2018"
Sebuah pengalaman menarik di Jumat pagi dan siang bertemu dengan Bung Karno di rumah pengasingannya yang memiliki nama resmi Pesanggrahan Bung Karno.
Parapat September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H