Di pojok halaman juga terdapat sebuah gazebo cantik dengan atap berbentuk kubah datar. Seluruh bangunan menggunakan atap kayu sirap berwarna hitam yang menambah kewibawaan rumah ini sebagai bangunan pemerintah.
Bahkan nama bangunan secara lengkap hanya dapat dinikmati bila kita naik kapal atau perahu dari tepian danau.
Setelah puas menikmati keindahan bangunan dari luar dengan cara mengelilinginya, Saya pun meninggalkan bangunan dan mampir di sebuah warung makan muslim. Masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum sholat Jumat.
Nasib baik sedang berpihak. Ternyata di warung ini kami berkenalan dengan penjaga rumah yang kebetulan sedang makan dengan istrinya. Sambil bercerita Pak Zamzami, demikian namanya berjanji akan mengantar melihat-lihat rumah pengasingan sehabis sholat jumat.
Singkat cerita dengan berbonceng motor kami sholat Jumat di Masjid Raya Taqwa dan seusainya segera kembali menuju ke rumah pengasingan. Dengan  diantar tuan rumah, saya bisa masuk dan dengan puas menikmati keindahan rumah tersebut dari dalam.
Sebagian lantai ditutupi karpet dengan warna yang serasi, Sementara ubin dengan motif klasik masih terhampar rapih di seluruh ruangan. Nampaknya masih asli karena khas ubin dengan motif peninggalan zaman Belanda.
Dinding ruang ini juga ditutupi kayu berplitur coklat tua yang memberi kesan anggun dan mewah. Foto-foto hitam puith tua mengihiasi dinding yang didominasi oleh foto Bung Karno, Haji Agus Salim dan juga Sutan Syahrir.