Yerevan, akirrnya aku pun sempat meletakan kaki di kota ini. Ibukota negri Armenia. Sebuah negara yang konon sangat bangga sebagai negri kristen pertama di dunia dan kini sebagian besar penduduknya menyatakan diri sebagai pemeluk kristen ortodoks.
Namun bukan berati di kota ini tidak ada masjid . Bahkan masjid di Yerevan juga sangat terkenal menjadi salah satu tujuan wisata reliji dan sejarah yang menarik. Namanya juga mengasyikan , yaitu masjid biru.
Di siang yang cerah itu, setelah hati tersayat-sayat menyaksikan kekejaman manusia atas manusia di Armenia Genocide Memorial, kami segera memsean taksi online 'Yandex" menutuju ke Masjid Biru yang beralamatkan di  Mesrop Mashtor Avenue no 12 di tengah kota Yerevan.
 Turun dari taksi kami dibuat terkagum-kagum dengan pintu gerbang kompleks masjid ini. Sangat mirip dengan kemegahan masjid-masjid di Iran yang pernah  kami kunjungi sebelumnya. Pintu gerbang ini dihiasi dengan keramik warna-warni dengan warna biru yang dominan...
Di dekat pintu ini terdapat plat kuningan dalam tiga Bahasa yaitu Armenia, Inggris dan juga Persia. Dalam bahasa Persia sendiri nami resmi Masjid ini adalah Masjid Jami.
Setelah melewati pintu gerbang, Â kami harus menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di halaman dalam yang luas namun terlihat sangat sepi. Â Di sisi kiri terdapat beberapa ruangan dengan kursi yang mirip ruang kelas atau ruang pertemuan. Berdasarkan info yang didapat kemudaian, di ruangan ini kita bisa kursus bahasa Persia.
Bangunan masjidnya sendiri terdapat di sebelah kanan halaman ini dengan sebelumnya terdapat deretan bangunan kecil yang berfungsi sebagai ruang  pameran. Ternyata masjid ini sendiri pernah berfungsi sebagai museum, tepatnya  Museum of the City of Yerevan di masa Soviet berkuasa di Armenia.
Di beberapa ruang pamer ini, kita bisa melihat foto-foto dan sekilas sejarah satu-satuya masjid yang masih tersisa di Yerevan.
Menurut sejarah, Masjid Biru  dibangun pada abad ke 18 ketika Armenia  dibawah pemeritahan Dinasti Qajar di Iran.
Masjid ini mulai dibangun pada 1760 dan sekitar 1768 mulai dibuka untuk publik pada masa Gubernur Husein Ali KhanÂ
Namun pada sakitar awal abad ke 19, terjadi Perang Russiia Iran yaitu pada 1826-1827, akibatnya , Armenia Timur jatuh menjadi wilayah Russia.
Ketika Uni Soveit berkuasa, kebebasan beraagama sangat dikekang sehingga banyak masjid di Yerevan ditutup. Demikian juga dengan banyak bangu agama lainnya.. Sejak 1931 kegiatan agama sama sekali dilarang oleh Stalin dan masjid biru ini ssangat beruntung karena difungsikan menjadi museum.
Baru setelah Uni Soviet runtuh, masjid biru ini kembali direnovasi atas bantuan Iran dan menjadi satu-satunya masjid di Yerevan yang bahkan berstatus sebagai Warisan Dunia dari Unesco.
Jumlah muslim di Armenia saat ini memang sangat sedikit. Konon hanya ada sekitar 800 sampai 1000 orang dan kebanyakan adalah diplomat asing yang tinggal di Yerevan dan para pendatang.
Kami terus berjalan dan menuju ke bangunan utama masjid. Dari kejauhan tampak kubah yang berkilauan ditimpa matahari siang kota Yerevan. Keramik warna warni dengan sentuhan biru yang gemerap itu kini menjelaskan mengapa masjid ini dijuluki Masjid Biru.
Sementara sebagian besar dinding masjiid yang tidak ditutup keramik terbut dari bata merah. Sebelum masuk ke masjid kami sempatkan mampir ke samping dan belakang masjid dimana terdapat tempat wudhu dan juga menara tunggal masjid yang tidak kalah indahnya beselimurkan keramik warna warni bernuansa biru.
Ada dua pintu masuk menuju ruang sholat, di sebelah kiri untuk pria dan di ujung sebelah kanan untuk perempuan.
Namun ada hal yang mengejutkan di masjid ini. Sebuah pengumuman dalam Bahasa Armeni, Persia dan Inggris yang hanya terbuat dari kertas  yang dtempelkan di dekat pintu utama.
"Warning. Danger of Falling Rocks", demikian bunyi peringatan tersebut. Tidak begitu jelasmaksudnya atau mungkin dikarenakan sedang ada renovasi di masjid ini.
Suasana sepi menghampiri ketika aya masuk ke dalam masjid, Hanya ada seornag lelaki berusia 50 tahunan yang sedang sholat dan serang lealki lain sedang duduk didekat pintu masuk.. Saya mengucapkan salam yang kemudian dibalas sembari meberikan senyum kecil dengan mata memandang penuh rasa tanda tanya.
Hamparan karpet dan sajadah berwarna merah tua, deretan kursi lipat di dekat dinding, mimbar yang sederhana dan juga interior putih langit langit membuat kita merasa tenang dan aman berada di dalamnya.
Di atas mihrab terdapat tulisan sederhana "Allah" dan tiga buah lengkungan dengan kaca patri yang manis namun sederhama. Â Selain mimbar kayu sederhana, ada juga mikrofon, sebuah meja kecil dan kipas angin.
Sementara kalau kita mengarahkan pandnagan ke atas, terdapat sebuah lampu kristal dengan latar belakanagn  hiasan geometris langit --langit yang sederhana namun manis.
Puas melihat bagian dalam masjid, saya kembali ke halaman yang luas. Suasana sangat teduh dan damai karena banyak terdapat pepohonan dan juga bunga-biunga warna-warni. Bahkan ada juga pohon cherry dan aprikot di halaman itu.
Bahkan di taman ini terdapat air mancurr dan bangku bangku untuk tempat bersantai sambil menikmatikesunyian dan ketenangan di tengah kota yerevan yang sibuk.
Singkatnya di dalam masjid biru ini, kita dapat bersemedi sejenak untuk mencari ketenangan hati sambil memandang kubah masjid yang berkilau indah.
Yerevan, Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H