"Indonesia Darurat Narkoba", pesan yang mengerikan ini sudah didengungkan sejak beberapa tahun terakhir.
Banyak data dari BNN yang menunjukan betapa bahayanya narkoba. Konon sekitar 40-50 meninggal setiap hari akibat penyalahgunaan narkoba di seluruh tanah air.
Pada Kamis, Â 6 Desember 2018 , bertempat di Semeru Room Lagoon Tower Hotel Sultan di Jakarta diadakan acara bertajuk "Antisipasi dan Solusi Permasalahan Narkoba di Desa Dalam Rangka Menuju Desa Bersih Narkoba".
Acara ini berbentuk  Forum Diskusi Trending Topic" yang diadakan oleh Badaan Narkotika Nasional bekerja sama dengan  Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonsia.
Acara dibuka oleh Kepala Badan Narkotika Nasionan Bpk Komisaris  Jendral  Pol. Heru Winarko yang bercerita panjang lebar tentang bahaya narkoba.
Namun yang membuat miris  adalah betapa rentan desa-desa di Indonesia terhadap serbuan bandar narkoba.
Sebagaimana diketahui. Narkoba itu ternyata tidak akan tumbuh subur di daerah yang masih miskin. Karena untuk membeli narkoba, penduduk suatu tempat paling tidak harus mempunyai pendapatan yang cukup untuk membeli narkoba.
Alasan utama peredaran narkoba adalah keuntungan luar biasa yang didapat oleh para bandar. Dengan jaringan bandar dan pengedar mereka mengincar para pengguna yang rela merogoh kocek dalam-dalam ketika sudah menjadi pecandu.
Siapa sangka, masuknya narkoba ke desa-desa ternyata merupakan produk samping yang tidak diinginkan dari pembangunan desa. Salah satunya dengan adanya dana desa yang kian tahun kian melimpah.
Nah seiring dengan itu, penghasilan masyarakat desa pun mulai meningkat. Sehingga pada saat ini dengan kemajuan teknologi, sudah hampir tidak ada laigi perbedaan hakiki antara pedesaan dan perkotaan selain bentuk fisik.