Selesai berkunjung ke perpustakaan, kami mampir ke makam. Sederhana, dan terbuka untuk siapa saja. Diapit makam kedua orang tua, pusara 'Putra Sang Fajar' memang membuat kita kagum akan kecintaan rakyat terhadap BK. Â b60befce-5c25-4d52-b3ab-104395515510-5e6cbfebd541df68047ba8f3.jpeg
Makam Bung Karno tidak pernah sepi dan membuat kita merasa bahwa beliau seakan-akan masih hadir di tengah-tengah peziarah  walau telah meninggal lebih dari 48 tahun lalu.Makam terakhir yang dikunjungi adalah
makam Gus Dur di Jombang. setelah berkendara sekitar 3 jam dari Blitar, kita sampai di kompleks Tebu Ireng sekitar jam 4.30 sore hanya untuk mengetahuo bahwa kompleks makam ditutup dan baru dibuka jam 8 malam.
2f7f4c3e-dc0c-4e82-af46-a6308cbaffe7-5e6cc1b4097f363dc0462ee4.jpeg
Baru kali ini penulis mampir ke makam di malam hari. Namun suasana makam Gus Dur memang berbeda. Di malam hari selalu ramai penziarah. Memasuki kompeks kita hanya perlu mengisi buku tamu dan menyumbang seikhlasnya di kotak amal.
Makam Gus Dur berada di tengah kompleks makam keluarga pesantren Tebu Ireng. Makam kakek dan ayah Gus Dur juga ada disitu. Namun lantunan doa terus bergema sampai pagi menjelang.
cee6464d-484f-4f89-aad5-07aa044d9c96-5e6cc09ad541df3fa43c9fe2.jpeg
Terasa sekali bahwa Gus Dur yang ingin disebut sebagai pahlawan kemanusiaan juga tidak menciptakan jarak antara dirinya dan penziarah. Semua bebas mampir dan mengucapkam salam kepada beliau dengan rasa egalitarian. Sama seperti  ketika beliau masih hidup dan bahkan ketika menjabat sebagai presiden.
Demikian kisah ziarah ke tiga makam presiden dengan tiga rasa yang berbeda.
Foto: dokpri
Karang Anyar, Blitar, Jombang. 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya