Perjalanan saya kali ini bukan perjalanan biasa. Bukan ziarah biasa, melainkan napak tilas kisah tiga presiden dengan tiga kisah yang berbeda. Meliputi tiga tempat yaitu Blitar, Astana Giri Bangun dan Jombang.
Ziarah ke tiga makam presiden yang paling telah menorehkan sejarah panjang republik ini. Ternyata dengan berkunjung sekaligus berziarah ke makam tiga presiden ini kita pun bisa membayangkan bagaimana gaya hidup ketiganya.
Perjalanan saya dimulai dengan mampir sejenak ke Astana Giri Bangun. Perjalanan dimulai dari kota Yogyakarta dengan hanya berbekal peta online di gadjet.
Setelah hampir 3 jam berkendara, akhirnya menjelang siang, kendaraan pun sampai di kompleks Astana Giri Bangun. Kesan petama memang menggoda. Kompleks ini memang kompleks raja-raja dengan rasa feodal yang kental.
Maklum makam Pak Harto memang merupakan  makam keluarga Pura Mangkunegaran. Sesampainya di tempat parkir, kita harus mampir sejenak di pos untuk mengurus Surat Ijin Ziarah.  Disini pengunjung dikutip uang seikhlasnya untuk biaya surat ijin tersebut.
Untuk masuk ke dalam cungkup utama dimana terdapat makam Bu TIen, Pak Harto dan beberapa keluarga dekat, kita harus bergantian, di dalam kita tidak boleh berfoto dan hanya tukang foto yang boleh beraksi.Â
Kesan pertama Astana Giri Bangun memang cocok dengan gaya hidup Pak Harto yang penuh dengan wibawa dan selalu kental dengan suasana yang sedikit feodal. Maklum Bu Tien memang masih keluarga kerajaan.
Makam kedua yang dikunjungi adalah kompleks  Perpustakaan dan makam Bung Karno di Blitar.  Kesan terbuka dan hangat  ada di kompleks  ini. Perpustakaan terasa sangat megah dan modern. Patung  BK yang duduk di kursi raksasa pun sangat menarik.