Serbia, merupakan negara di kawasan Balkan yang belum terlalu populer bagi kebanyakan wisatawan Indonesia . Maklum negara yang merupakan pecahan utama Republik Yugoslavia ini masih kalah pamornya dibandingkan dengan negara lain di Eropa seperti Belanda, Perancis, Jerman, ataupun Italia.
Alasan utama  berkunjung ke Serbia adalah karena sejak Oktober 2017 lalu, warga Indonesia sudah mendapatkan fasilitas bebas visa. Serbia  adalah satu-satunya negara di Eropa yang menawarkan bebas visa sehingga kita tidak usah repot pergi ke kedutaan sebelum berangkat.
Kota Beograd merupakan kota terbesar di kawasan Balkan.  Disinilah awal terbentuknya Gerakan Non-Blok dan disini pula kita bisa melihat salah satu gereja Kristen Ortodoks Terbesar di dunia, yatu Katedral  St.Sava.
Selesai mengagumi keindahan gereja ini , plesiran di Beograd berlanjut dengan  naik bus no 10 menuju Tasmajdanski Park. Ini merupakan salah satu taman favorit bagi warga Beograd maupun wisatawan. Luasnya  lumayan dan dilengkapi air mancur, monumen, serta patung-patung yang indah.
Turun dari bus, kami berjalan perlahan dan memasuki taman yang dipenuhi pohon-pohon tanpa daun. Di satu sudut terlihat patung  Heydar Aliyev, Presiden Azerbaijan lengkap dengan bendera tiga warna Azerbaijan di dekatnya. Tidak jauh,  adalagi sebuah patung dengan bendera Serbia. Tertulis namanya dalam aksara Cyrilik, yatu Milorad Pavic (1929-2009) yang merupakan seorang pengarang dan juga pujangga terkenal dari Serbia.
Lumayan melelahkan  menjelajah taman yang cukup luas ini. Untungnya banyak kursi tempat bersantai sambil mengoleskan
Geliga Krim. Kaki pun kembali menjadi hangat dan siap untuk menjelajah kemana saja di  pusat kota Beograd dengan bebas pegal .
Di tepian Tasmajdanski  Park terdapat sebuah gereja dengan dinding dari batu bata merah yang tampak cantik walau tidak terlalu besar. Namanya Church of St . Marko.  Saya hanya sempat melihat dari luar karena ingin segera melanjutkan perjalanan ke Kantor Pos Beograd. alias Glavna  Posta Srbije. Tentunya sekalian mengirim beberapa helai kartu pos ke tanah air.
Dari kantor pos, tinggal menyebrang jalan dan sampailah kita di gedung yang bernama  Narodna Skupstina Republike Srbije yang merupakan gedung cantik tempat anggota parlemen berkantor.  Inilah gedung MPR/DPR nya negri Serbia.
Walau angin dingin menusuk tulang di awal Desember, semangat berkelana masih membara. Dari sini jalan-jalan berlanjut ke Pionirski Park yang tepat berada di depan 'Istoririjski Muzej Srbije' atau Serbian Historical Museum.
Sejenak menikmati indahnya sebuah taman kecil  bernama  Nikola Pasic Park dengan air mancurnya yang indah di depan "Dvorama Dom Sindikata ' yang merupakan gedung serbaguna dan juga teater dsekaligus  gedung konser. Rasanya sudah cukup pagi ini melihat-lihat indahnya gedung-gedung di pusat kota Beograd.
Dengan bus 24 langlang di Beograd diteruskan menuju ke Barajkli Djamija alias Masjd Barajkli yang terletak di Gospodar Jevremova. Ketika turun dari bus di Ulica Cara Dusana, disempatkan dulu makan siang di sebuah resto Serbia kecil dengan menu roti dan ikan panggang.
Mampir ke masjid, sejenak beristrahat dan kembali mengoleskan
Gelaga Krim untuk persiapan perjalanan yang masih lumayan jauh ke Kalegmedan Park. Â Taman ini merupakan taman terbesar di Beograd. Letaknya sekitar 10 atau 15 menit jalan kaki dari Gospodar Jevremova. Namun kami harus mendaki untuk sampai ke taman dan juga benteng yang menjadi ikon
wisata sejarah kota Beograd.
Kalegmedan Park ini ternyata sangat luas. Banyak terdapat patung dada orang-orang terkenal dalam sejarah Serbia. Di sepanjang jalan di dalam taman ini juga banyak gerai yang menjual souvenir. Di dekat pintu masuk benteng terdapat sebuah taman kecil bernuansa Perancis. Sekilas mirip dengan taman di belakang Istana Versailles.
Ada sebuah monumen  yang merupakan wujud terimakasih rakyat Serbia buat Perancis atas bantuannya pada perang dunia I.  Tertulis dalam Bahasa Perance 'A La France' dan angka tahun romawi MCMXXX (1930), yang merupakan tahun peresmian monumen ini.
Sedangkan disisi lain tertulis dalam bahasa Serbia yang kalau diterjemahkan "Kami Mencintai  Perancis sebagaimana Ia mencintai Kami 1914-1918". Sebuah karangan bunga triwarna merah putih biru menghias  kaki monumen ini.
Perjalanan di Kalagmendan Park memang mengasyikan. Tidak terasa, hari sudah mendekati senja ketika kami berada di bagian tertinggi taman ini dimana kita bisa menikmati pemandangan kota Beograd di bawah sana serta tempat dimana Sungai Sava dan Sungai Dunav bertemu.
Sungai Dunav inilah yang terkenal mengalir sepanjang hampir 3000 kilometer dari  Jerman melewati Austria, Slovakia, Hongaria Kroasia, Serbia, Romania, Bulgaria, Moldova dan Ukraina sebelum sampai di Laut Hitam.  Di setiap negara atau kota namanya berganti seperti Donau di  Wina dan Duna di Budapest.  Di Serbia namanya  menjadi Dunav. Nama sungai ini menjadi abadi dan terkenal dalam lagu gubahan  Mozart yaitu "Blue Danube".
Hari sudah gelap ketika kami meninggalkan  taman dan benteng yang paling terkenal di Beograd ini. Kali ini dengan naik trem no 2 untuk kembali ke hotel. Cuaca pun kian dingin malam itu. Apalagi ketika keesokan harinya salju turun dengan lebat menutupi semua jalan di kota Beograd.
Untungnya berkat Geliga Krim yang hangat, jalan-jalan di taman dan kemana saja di seantero kota Beograd walaupun di tengah salju yang memutih tetaplah bebas pegal dan menyenangkan.
Beograd , Desember 2017
Foto-foto: Dokumentai Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya